Saya tidak tahu persis kapan ide ini muncul di kepala saya, namun saya ingat ketika masih kelas 10 SMA seorang guru bertanya apa cita-cita saya dan saya jawab,”Ingin menjadi Menteri Kebudayaan dan Pariwisata menggantikan Pak Jero Wacik”. Penyebab munculnya ini pun saya lupa, tetapi saya punya alasan kenapa ingin menjadi Menteri Departemen Kebudayaan dan Pariwisata yang kini berubah nama menjadi Departemen Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dengan Ibu Marie Elka Pangestu sebagai pimpinannya.
Seperti yang sudah sering kita dengar bahwa Indonesia adalah negeri yang sangat kaya akan kebudayaan, tradisi, kekayaan alam, kuliner dan masih banyak lagi. Kenyataannya masyarakat kita belum bisa sejahtera dari sektor pariwisata. Menurut saya ini aneh, banyak negara-negara yang bisa maju dengan mengandalkan sektor pariwisata lalu kenapa kita belum?
Setelah saya berkuliah di Semarang saya justru semakin miris dengan kondisi pariwisata di Indonesia. Di beberapa persimpangan lampu merah seringkali saya temui “pengamen tari” , mereka memakai kostum berwarna-warni, berdandan tebal dan menari diiringi musik di trotoar ketika lampu merah menyala. Hanya beberapa detik saja mereka menari, lalu mengambil wadah kecil untuk menerima uang. Gemerincing receh diberikan pada mereka. Sungguh pemandangan yang tidak menyenangkan melihat budaya dikemas dengan tidak elegan, sayangnya saya harus menyaksikannya setiap hari.
Penyebab kurang berpengaruhnya sektor pariwisata mungkin adalah gaya hidup masa kini yang terlalu banyak menghabiskan waktunya di pusat perbelanjaan seperti mall dibanding ke tempat-tempat wisata , atau masyarakat Indonesia yang lebih senang pelesir ke luar negeri daripada menjelajahi negerinya sendiri. Padahal, ketika mereka berkunjung ke negara lain maka mereka memberikan keuntungan secara ekonomi bagi negara tersebut dan negara kita merugi.
Indonesia memiliki beragam jenis objek wisata. Untuk wisata alam, banyak gunung, bukit, ngarai, lembah, pantai dan laut yang keindahannya melebihi apa yang ada di luar negeri. Alam Indonesia mampu menggambarkan kebesaran Tuhan dan siapapun pasti mengaguminya. Kebudayaan Indonesia tersebar dari Sabang sampai Merauke, dari Timor sampai ke Talaud. Berbagai lagu, bahasa, tarian, adat, kesenian, sastra dimiliki oleh setiap suku bangsa. Kekayaan kuliner Indonesia tak terhitung banyaknya, kue, minuman, sampai makanan beragam jenisnya. Untuk kuliner bernama “soto” saja, memiliki banyak variasi tergantung daerah asalnya.
Saya mencintai Indonesia, ingin melihat negara ini bisa maju lewat sektor pariwisata. Oleh karena itu saya memiliki rencana ketika liburan semester untuk mengunjungi tempat-tempat pariwisata sebanyak mungkin dan menganalisa apa yang kurang dan perlu dibenahi dari pengelolaan pariwisata di negeri ini, yang sekarang saya rasakan adalah kurangnya informasi dan akses menuju tempat wisata tersebut.
Menjelajahi Indonesia memang bagi sebagian orang terdengar seperti mimpi, tapi saya akan #makeitREAL dengan cara saya sendiri. Berkelana memang tidak mudah, pasti akan memerlukan energi lebih dari Kratingdaeng. Semoga cita-cita ini segera terwujud.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H