Ruang tunggu Rumah Sakit
 Lampu menyala sangat terang benderang, menyinari seluruh penjuru ruang tunggu di sore hari yang mendung. Tidak terkecuali sudut ruangan pun bisa terlihat sangat jelas dengan mata telanjang sekalipun. Sunyi, satu kata yang bisa menggambarkan situasi saat ini, dimana orang-orang asik dengan kesibukannya masing-masing sembari menunggu namanya untuk di panggil.
 Orang yang sedang duduk bersebrangan dengan saya memiliki umur sekitar 35 tahun, berbadan besar, berkulit sawo matang, dan berambut pendek (cepak). Mungkin dia bagian dari TNI yang saat ini sedang melakukan check up ulang untuk berangkat dinas ke luar kota.
 Atau mungkin bisa jadi dia seorang satpam yang sedang melakukan patroli saat sore hari ini? dan duduk sembari beristirahat dari lelahnya perkerjaan. Tapi jikalau memang benar, mengapa dia tidak memakai seragam?
 Di sebelah kanan saya ada seorang Pemuda menggunakan kemeja kotak-kotak yang sedang terfokus dengan ponselnya, disamping nya ada seorang Ibu-ibu yang sedang terkantuk-kantuk, ada juga yang sedang menunggu obat, dan ada pula seorang Remaja perempuan yang asik mendengarkan musik di ponsel dengan earphone nya. Semua yang ada di ruangan tersebut sibuk dengan kegiatan nya masing-masing, mungkin sesekali hanya ada obrolan yang basi, tentang menanyakan sakit apa atau tinggal dimana.
 Di sebelah kiri hanya ada seorang kakek yang di dampingi oleh anaknya untuk berobat. Terlihat sangat jelas pelipis kanan dan kirinya sudah tertempel koyo, sepertinya dia sedang merasakan pusing di kepala yang sangat hebat.
 Suasana di ruang tunggu seketika berubah mencekam, dimana tiba-tiba orang masuk dengan tergesa-gesa mencari Dokter untuk menolong orang yang sedang di rangkul olehnya. Mungkin orang itu korban dari kecelakaan kendaraan bermotor, karena orang yang sedang di rangkul masih menggunakan helm di kepalanya, namun sudah tidak sadarkan diri terlihat jelas tangan kanannya berlumur oleh darah segar.
 Di saat bersamaan saya mendengar suara ibu saya yang sedang memanggil-manggil nama saya. Di detik berikut nya saya tersadar, dan saya sadar bahwa kejadian tadi hanyalah sebuah mimpi yang buruk. Apakah karena saya lupa berdo'a atau karena saya tidur di siang bolong? Dan saat saya sudah mengumpulka jiwa, saya mengucap istighfar yang langsung di sambut oleh Ibu saya bertanya mengapa dengan mimik wajah yang terheran-heran.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!