Sebelum saya mulai mendongeng (kalau tidak layak disebut menulis) saya akan memperkenalkan diri dulu. Saya adalah anak yang lahir dari orang tua petani, hidup dari kerja keras bertani, dan dibesarkan dengan keringat hasil pertanian. Dan setelah kini saya dewasa saya pun jadi petani. Maka jangan heran kalau di kompasiana ini saya lebih sering membaca dan koment daripada menulis. Tapi disinilah saya mendapatkan orang-orang yang menerima keberadaan saya.
Akhir-akhir ini saya telah diusir (dalam khayalan) dari Negara saya Indonesia yang sangat saya cintai. Mengapa saya merasa di usir?
Hal ini saya rasakan sejak saya membuka kembali buku pendidikan kwarganegaraan dimana unsure dasar terbentuknya suatu Negara adalah:
- Adanya rakyat
- Adanya wilayah
- Adanya pemerintah yang berdaulat (baca:pejabat)
- Adanya pengakuan dari Negara lain.
Dari keempat unsure dasar tersebut terdapat kelompok yang tergolong makhluk hidup yang mendiami suatu wilayah yaitu Rakyat dan pejabat. Jadi karena diatas sudah saya katakan bahwa saya adalah seorang petani seharusnya saya tergolong sebagai rakyat.
Loh,,, Mengapa harus memakai kata seharusnya? Bukankah saya memang tergolong sebagai rakyat?
Inilah yang membuat saya merasa diusir dari Negeri ini!
Masih ingatkan kalau dalam Negara hanya ada dua kelompok, yaitu pejabat dan rakyat?
- Pejabat adalah mereka yang ditunjuk oleh rakyat untuk mengemban amanah untuk mengelola negara. Menurut om Google, sedangkan menurut saya pejabat adalah mereka yang duduk dikursi panas pemberian rakyat dan makan dari hasil kerja keras rakyat. Dengan konsekwensi pejabat harus bekerja memikirkan hal-hal yang tidak terpikirkan (baca:keilmuan yang tidak dikuasai) oleh rakyat, paling tidak sebagian dari rakyat kebanyakan.
- Rakyat adalah bagian dari suatu negara atau elemen penting dari suatu pemerintahan. Tidak ada rakyat berarti tidak ada Negara. Menurut Om Google juga, sedangkan menurut saya adalah mereka yang bekerja keras untuk diri mereka sendiri dan ditambah untuk pejabat mengapa harus bekerja untuk pejabat juga, ini adalah konsekwensi yang harus diterima karena rakyat lah yang memilih pejabat agar bekerja untuk rakyat.
Saya yakin bahwa tidak ada satupun dari kompasianer yang tidak tahu tentang kejadian 28 Januari kemarin lusa, sekumpulan manusia yang mengatasnamakan diri sebagai rakyat bergerak menuju kursi panas yang mereka sediakan untuk tempat duduk pejabat yang mereka pilih, dan meminta orang yang duduk diatas nya untuk turun. Padahal yang duduk dikursi tersebut adalah pilihan mereka.Yang diberi makan agar rela bekerja untuk mereka. Memikirkan sesuatu yang tidak dipikirkan oleh mereka. Dan mereka mengatasnamakan diri mereka RAKYAT,
Berarti saya harus menambah satu definisi lagi untuk rakyat, yaitu mereka yang ikhlas bekerja untuk memberi makan pejabat yang belum bekerja untuk mereka, tanpa harap kembali. bagaimana tidak? Pejabat belum bekerja sudah disuruh turun. Jadi saya mau mengucapkan salute kepada mereka yang susah payah bekerja untuk diamalkan secara Cuma-Cuma untuk para pejabat. Tanpa berharap kembali