Mohon tunggu...
Ulul Rosyad
Ulul Rosyad Mohon Tunggu... Wiraswasta - Jangan hanya melihat dan menilainya, hampiri dan ikut prosesnya, Dan kau akan tau bagaimana Rasanya

Seorang Pencari Susuhe Angin

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pernikahan: Antara Seks dan Janji Suci

18 Desember 2012   17:11 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:25 418
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Miris ketika seorang karib saya yang lama tidak saling kontak, kebetulan kami bertemu dalam sebuah hajatan. Setelah basa-basi saling menanyakan kabar, obrolan kami mengarah pada kehidupan rumah tangga. saya sedikit kaget ketika dia mengatakan sudah bercerai dengan istrimya.tanpa saya minta dia bercerita ujung masalahnya pada awalnya adalah sepele, ada sebuah SMS yang dia baca di telepon genggam mantan istrinya. Singkat cerita, menurut dia tabu untuk menoleransi ulah istrinya tersebut. meski setelah saya cecar dia dengan pertanyaan, pernahkan dia memergoki mantan istrinya tersebut berselingkuh dalam arti fisik. Ternyata tidak, belum pernah seklaipun.

Hidup di zaman yang serba modern ini memang ada hal yang aneh-aneh dan tak lazim. Gerusan arus modernisasi meluluh lantakkan sendi-sendi luhur berupa tatanan kehidupan kita yang adiluhung. Dengan dalih hak asasi manusia, perkembangan zaman dan demokrasi, perlahan namun pasti kita akan kehilangan etos luhur kita. hal ini terjadi akibat pengaruh budaya asing yang tidak diimbangi oleh gerakan moral untuk membentengi diri dari gempuran budaya Barat yang sekuler dan serba permisif.

Bukti dari hebatya gempuran budaya Barat tidak hanya tercermin dalam lingkungan masyarakat secara luas, tetapi juga terlihat jelas dalam lingkup yang lebih kecil, yakni dalam keluarga dan rumah tangga. terjadi pergeseran nilai yang cukup memprihatinkan!

Dengan semakin merebaknya pornografi dan pornoaksi yang justru dipicu melalui media massa baik cetak maupun elektronik, banyak kehidupan rumah tangga yang berantakan, kejahatan semakin merajalela, pelecehab seksual terjadi dimana-mana, dan kekerasan dalam rumah tangga semakin sering terjadi.

Perkawinan adalah pertemuan yang teratur antara pria dan wanita di bawah satu atap, untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tertentu, baik yang bersifat biologos maupun kebutuhan pokok lainnya. Perkawinan adalah akad yang disepakati oleh seorang wanita dan seorang pria, untuk bersama-sama mengikat diri, hidup bersama dan saling kasih mengasihi demi kebaikan keduanya, dan anak-anak mereka, sesuai dengan batas-batas yang ditentukan oleh hukum.

Perkawinan secara hukum baru dapat dilaksanakan apabila memenuhi persyaratan tertentu. Dan hukum itu sendiri bertujuan untuk menjadikan pernikahan sebagai asas yang teapt untuk membina keluarga yang sehat dan kuat. Pada masa primitif tidak dikenal pernikahan atau perperkawinan dalam pengertian kehidupan pria dan wanita secara teratur, dibawah satu atap untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tertentu. Akan tetapi yang dikenal pada masa primitif itu ialah perkawinan dalam pengertian pertemuan antara pria dan wanita sehingga terpenuhi satu kebutuhan biologis yang terwujud lewat nurani seksual.

Di zaman kini, perkawinan bagai telah mengalami primitifisasi. Ini ditandai dengan banyaknya orang yang menikah semata-mata hanya demi mengejar kepuasan biologis, bahkan juga dengan tujuan kepentingan materi. Banyak pasangan yang mengikatkan diri dalam satu ikatan perkawinan, namun nyatanya mereka enggan memiliki momongan. Atau lebih parah lagi, banyak kaum wanita yang enggan bersuami, melahirkan, dan memiliki anak. Mereka lebih senang hidup secara mandiri. Bagi golongan wanita ini, kehidupan materi jauh lebih berarti. Mereka mengejar karir, menumpuk uang!

Celakanya, mereka yang menjalani proses perkawinan dalam arti yang sebenarnya, kadangkala juga banyak yang terbadadai ditengah jalan. kita bisa melihat, berapa banyak pasaangan selebritis kita di tayangan infotainment yang terpaksa memilih jalan perceraian. Rumah tangga hanya mereka bangun sesaat, harus kandas dengan duri-duri yang menyakitkan.

Jodoh memang ditangan Tuhan! Tapi, ini bukanlah suatu alasan untuk seenaknya mempermainkan sebuah status perkawinan yamg dibangun diatas sendi-sendi agama. Meski perceraian itu halal menurut norma agama, selayaknya hal ini dapat dihindari.

Nyatanya, memang tidak mudah memperthankan sebuah ikatan perkawinan yang hnaya dibangun dengan dasar cinta birahi atau dengan motivasi materi. Perkawinan akan jauh lebih bermakna jika didasari dengan sikap saling pengertian, saling memberi, dan saling mengisi. Lebih dari itu, keingina untuk berkorban kepada pasangan yang dicintai, merupakan kunci utama kelanggengan sebuah mahligai rumah tangga. pengorbanan yang di maksud tentu bukan saja maslah materi, namun juga perasaan.

Tapi apalah daya, siapaun tak mudah berkorban perasaan. Dan sinilah badai perkawinan dimulai. Ketika suami memiliki WIL, atau si istri memiliki PIL, maka rumah tangga bagaikan telah kiamat. Seakan semua jalan telah buntu, hingga akhirnya perceraianlah yang jadi pilihan. Masalah yang ada dibelakang tak jadi hitungan, yang penting bagi mereka puas melampiaskan rasa dendam masing-masing. Dan akhirnya, anak-anak yang jadi korban, padahal mereka adalah tiitpan Tuhan untuk dipelihara dengan baik!

Disamping WIL dan Pil, kasus-kasus perceraian juga banyak di dominasi oleh masalah ekonomi. Hal ini harusnya tidak mesti menjadi awal kiamat bagi sebuah rumah tangga. dengan dialog yang baik dan sikap salaing memberi dan menerima, tentu saja akan mudah diselesaikan. Siapapun yang memutuskan dirinya masuk dalan jenjang pernikahan, dia harus siap mengurai benang kusut pertentangan yang akan muncul. Kedewasaan menjadi kunci dari semuanya. wassalam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun