Mohon tunggu...
Ulul Rosyad
Ulul Rosyad Mohon Tunggu... Wiraswasta - Jangan hanya melihat dan menilainya, hampiri dan ikut prosesnya, Dan kau akan tau bagaimana Rasanya

Seorang Pencari Susuhe Angin

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Pentingkah, Mengapa Hidup Harus Dipertanyakan?

1 Juni 2014   06:52 Diperbarui: 23 Juni 2015   21:52 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Pada kesempatan menulis kali ini sekedar berbagi tanya untuk kompasioner semua. Dimulai dengan sedikittanya dengan pertanyaan yang sedikit berbeda dari jauh sebelumnya. Pertanyaan ini mendasar, seberapa pentingkah hidup harus dipertanyakan?Dan apa itu sebenarnya arti kehidupan?

Saya yakin setiap manusia tentu mempunyai arti kehidupan yang berbeda beda. Setiap manusia mempunyai jalan masing masing untuk hidup, barangkali inilah yang menyebabkan manusia mempnyai pengertian hidup yang berbeda. Siapa yang bisa menyangkal kalau seorang itu belum mengetahui arti kehidupan sebenarnya. Saya yakin semuanya butuh proses. Di dalam proses inilah barangkali manusia akan menemukan sebuah arti kehidupan yang sebenarnya. Dan saat manusia sudah menemukan arti kehidupannya, selanjutnya mungkin akan terpikir untuk apa arti kehidupan itu. Setelah dia menemukan apa arti kehidupan itu, maka dia telah menemukan jati diri yang sebenarnya.

Kembali pada pertanyaan pertama dan mendasar seberapa pentingkah mengapa hidup harus dipertanyakan. Saya rasa tiada lain karena hidup yang tidak pernah dipertanyakan tidak layak dijalani. Ini mengandung nilai maknawiah bahwa kita diciptakan Tuhan untuk menjadi khalifah dimuka bumi ini. Entah Anda sependapat atau tidak.

Saya rasa kita sebagai makhluk sosial, kita perlu memiliki kebijaksanaan hidup untuk menjawab pertanyaan tersebut. Yaitu sebuah laku atau gerak berkehidupan yang dengannya selalu memegang janji untuk berbuat bersama berperan setara. Kebijaksanaan ini menjadi penting agar supaya segala gerak hidup yang kita jalani yang menjadi nilai tambah di segala sendi kehidupan. Apalah artinya hidup sekadar hidup, apalagi jika hidup itu lalu menjadi nisbi bagi kehidupan.

Tidak mudah memang mengartikan kebijaksanaan hidup, terlebih sulit lagi menjalankan laku dari kebijaksaan itu sendiri. Seperti yang dituturkan para sujana untuk mencapai tahap itu kita dituntut untuk mengerti diri sendiri sebagai sarana kita untuk membangun pengertian azali tentang kebijaksanaan hidup. Pada titik inilah awal satu pengertian terhadap cara kita menggunakan jendela pandang agar kebersamaan itu berangkat dari cara pandang yang sama pula terhadap nilai-nilai yang sama-sama di yakini, bukan karena berasal dari sebuah persetujuan antar manusianya.

Bertelekan dari tutur para sujana diatas bahwasanya, kebijaksanaan hidup haruslah dirajut dari benang-benang perasaan kosmis. Itu artinya, setiap kebijaksanaan harus menjadi pesona dunia lahir maupun batin, tembus awal-akhir. Ini adalah kridha hangganya para sujana sebagai manusia tapal batas, yang, dengannya kita berharap dapat mewujudkan suatu impian baik secara individu maupun secara universal.

Sangat utopiskah? Monggo terserah Anda! Sebab, saya rasa apa yang dituturkan para sujana di atas yang adalah upaya menanamkan sesuatu yang luhur, yang, berasal dari relung-relung kehidupan yang kadang tampak setengah nisbi atau rada tidak masuk akal. Justru kenisbian dan ketidakmasukakalan kadang perlu kita tetap pertahankan. Mengapa? Agar kita tetap memelihara ketegangan antara yang imanen dan yang transenden. Sebab, ketegangan itu kita perlukan untuk melahirkan keseimbangan hidup itu sendiri.

Asumsi tiap orang akan suatu hal saya rasa tidak sama bergantung pada pengetahuan dan persepsinya masing-masing, pun asumsi saya diatas. Sama halnya, sepertinya akan sia-sia ketika berdebat tentang kebenaran illahi. Ketika orang melihat Tuhan seperti ini itulah yang didapatkannya tentang Tuhan,yang lain mengatakan Tuhan seperti ini tentu tidak bisa serta merta membenarkan atau menyalahkannya. Karena kita sama-sama mempercayai ada dzat yang lebih tinggi. Sebab pengetahuan dan persepsi manusia diciptakan oleh illahi. Kebakuan ada dalam ketidakbakuan, ketidakbakuan ada dalam kebakuan.

Ada satu ungkapan yang mengatakan “Tidak ada Kebenaran dan Kesalahan yang Permanen”. Itu artinya bahwa kesalahan apapun, bila kemudian keadaannya diterima.Segala potensinya digunakan , bisa jadi tidak bisa lagi disebut sebuah kesalahan.Terkadang embuat kesalahan adalah sesuatu yang perlu.Kita tidak pernah betul-betul hidup, sampai kita mulai membuat kesalahan, Karena kesalahan adalah biaya yang harus dibayar untuk mencapai keberhasilan.

Yang kita perlukan adalah kejernihan hati untuk menerima bahwa yang kita yakini sebagai yang benar, masih terbuka bagi penelitian dan perbaikan. Apapun yang tadinya adalah kesalahan , tetapi yang kemudian menerima satu dosis kesungguhan dan fokus untuk memperbaikinya, merupakan proses untuk menjadi keberhasilan. Sehingga, orang-orang yang beruntung adalah orang-orang yang ikhlas memperbaiki kemampuan , sikap dan cara-cara mereka dari waktu ke waktu. Sebagai penutup maka marilah kita melakukan hal-hal yang akan menjadi pengubah kualitas kehidupan kita. Semoga! Wasslam

Tuban, 31 Mei 2014

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun