[caption id="attachment_223026" align="aligncenter" width="600" caption="gapura lokasi makam bejagung lor (dok.pri)"][/caption] Kalau anda ke Tuban, jangan lupa berziarah ke makam Sunan Bejagung. Memang sih, nggak sepopuler makam Sunan Bonang. Tapi jangan salah, selain ramai dikunjungi, terlebih pada jum’at wage seperti hari ini, makam ini juga dianggap bisa mendatangkan berkah. Makam Syekh Abdullah Asy’ari terletak di Desa Bejagung, Kecamatan Semanding, Tuban. dari pusat Kota Tuban hanya berjarang tak lebih dari satu kilometer ke arah selatan. Makam Sunan Bejagung ada dua, yakni Bejagung Lor dan Bejagung Kidul, yang keduanya hanya dipisahkan jarak tak lebih dari 400 meteran. [caption id="attachment_223027" align="alignright" width="300" caption="dahulu tempat ini adalah kediaman Sunan Bejagung Lor (dok.pri)"]
[/caption] Memasuki makam Bejagung Lor, suasana kuno masih cukup terasa. Beberapa bangunan masa lalu masih terjaga kelestariannya. Bahkan sumur tua yang ditimba dengan cara menggunakan alat tradisional masih tetap ada dan pada hari jumat wage banyak yang menggambil airnya karena dianggap penuh karomah. Bahkan dari buku tamu yang ada pada juru kunci ada juga peziarah dari Malaysia dan Singapura. Menurut keterangan yang saya dapat dari salah satu juru kunci makam Sunan Bejagung Lor, Mbah Kawan (72 tahun), karomah air dari sumur peninggalan Syekh Abdullah Asy’ari ini bisa untuk menyembuhkan penyakit, menyehatkan tubuh, serta memudahkan seseorang dalam usahanya. Dulu, pada awalnya tidak ada istilah Bejagung Lor dan Kidul. Karena memang Sunan Bejagung hanya ada satu yakni Syekh Maulana Abdullah Asy’ari. Sebutan dua nama berbeda itu berawal dari kedatanganPangeran Kusumo Hadiningrat atau Pangeran Sudimoro ke Perdikan Bejagung atas perintah Syekh Jumadil Kubro untuk memperdalam ilmu ketauhidan kepada Syekh Asy’ari. Adapun Pangeran Sudimoro ini adalah putra keempat Prabu Brawijaya atau Prabu Hayam wuruk lantas dijadikan menantu oleh Sunan Bejagung untuk menikahi salah seorang putrinya, Nyai Faiqoh. [caption id="attachment_223028" align="aligncenter" width="300" caption="Sumur Peninggalan Sunan Bejagung ini di yakini mampu meyembuhkan berbagai macam penyakit (dok.pri)"]
[/caption] Dalam perjalannya, salah seorang putra mahkota Majapahit yang meninggalkan gemerlap cahaya istana dan memilih menjadi santri Sunan Bejagung akibat konflik perebutan kekuasaan antara dua bersaudara, yakni Pangeran Wirabhumi dan Putri Kusuma Wardhani ini berganti nama menjadi Hasyim Alamuddin atau kemudian lebih dikenal dengan gelar santrinya Pangeran Penghulu. Karena memiliki kemampuan yang dianggap sudah setara dengan Sunan bejagung, akhirnya seluruh tugas dakwah di Kasunanan Bejagung diserahkan kepada Pangeran Penghulu. Itu adalah sebuah penghargaan tertinggi yang diberikan Sunan Bejagung kepada putra mantunya ini. [caption id="attachment_223029" align="alignleft" width="300" caption="gapura menuju makam, saking sakralnya hingga sore Orbs muncul begitu banyaknya (dok. pri)"]
[/caption] [caption id="attachment_223030" align="alignright" width="300" caption="Orbs sebagai penghias lokasi (dok. pri)"]
[/caption] Masih menurut cerita, setelah semua tugas dakwah diserahkan kepada mantunya, kemudian Sunan Bejagung memilih pindah ke perdikan Bejagung Lor sampai akhir hayatnya. Namun ada satu tradisi disini, setiap peziarah yang akan melakukan rialat di makam Sunan Bejagung harus dimulai dari makam Bejagung Kidul terlebih dulu. Meskipun secara personal maqam kewaliannya lebih tinggi dari Bejagung Lor. Sunan Bejagung yang terlahir dengan nama maulana abdullah Asy’ari adalah salah satu putra dari Syekh Maulana ibrahim Asmara atau yang lebih dikenal Syekh Jumadil Kubro. Keturunan yang melahirkan generasi
Wali Songo bersama kakak kandungnya Syekh Maulana Ibrahim Asmara Qodhi. Keduanya memilihTuban sebagai rumah terakhir setelah mengemban misi dakwah meyebarkan Islam di Kadipaten Tuban dari ayahandanya syekh Jumadil Kubro pasca meredupnya kejayaan Pasai. Dan dibumi Tuban itu pula jasad keduanya disemayamkan, sehingga tak berlebihan jika
bumi tuban kondang dengan sebutan
Bumi wali.
Sedangkan maulana Ibrahim Asmara Qodhi dimakamkan di Desa Gesikharjo, Kecamatan Palang, sekitar 4 kilometer ke arah Timur dari pusat Kota Tuban. demikian sekelumit sejarah cerita tutur yang saya dapat, tak ada ruginya jika anda sedang berkunjung ke Kota Tuban menyempatkan diri ke petilasan ini. anda akan di bawa menuju ke masa lalu dengan banyaknya peninggalan masa lalu, atau sekurang-kurangnya ‘nyecep’ karomah dari Sunan yang satu ini. sampai jumpa………
[caption id="attachment_223033" align="aligncenter" width="400" caption="gapura pertama menuju makam (dok. pri)"]
[/caption] [caption id="attachment_223034" align="aligncenter" width="400" caption="pintu kedua menuju makam (dok.pri)"]
[/caption] [caption id="attachment_223035" align="aligncenter" width="400" caption="pintu ketiga (dok. pri)"]
[/caption] [caption id="attachment_223036" align="aligncenter" width="400" caption="dalam cungkup itu, makam waliyullah sunan bejagung dikebumikan (dok. pri)"]
[/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Sosbud Selengkapnya