Ziarah-ritual yang dijalankan oleh para pemeluk agama. Bukan hanya masyarakat pemeluk agama Islam yang berziarah, begitu pula umat kristiani, hindu dan budha. Dal;am ritual tersebut banyak yang berziarah dengan motif yang beragam. Kebanyakan peziarah meminta berkah melalui arwah wali kepada Allah swt. “Tuhan pasti memberi balasan kepada orang yang mendoakan orang yang dikasihi_Nya,” ujar juru kunci makam sunan
Giri salah satu dari wali songo, kekasih Allah. Namun, tidak semuanya hanya meminta berkah dari para wali tersebut. Serombongan peziarah datang dan mendoakan wali yang terkubur di pemakamam tersebut. “kami baru dari pemakaman sunan Bonang di
Tuban,” ujar mereka. “setelah ini kami akan mengunjungi wali-wali yang lain,” lanjutnya. “masing-masing wali memiliki cerita yang khas. Cerita tersebut memberi saya semangat untuk hidup,” ujar pimpinan rombongan peziarah tersebut. Tentunya masing-masing tempat peziarahan memiliki cerita yang khas. “dalam berziarah, ujar harun pimpinan rombongan tersebut, “seolah kita kembali menghadiri satu ruangan yang pernah hadir di masa lalu”. Mungkin, ini mirip dengan ruang imajinasi yang hadir pada seorang pembaca ketika membaca komik. Dalam berziarah seolah tergambar keutamaan-keutamaan tokoh ataupun tempat yang dikunjugi. Ketika keluar dari tempat peziarahan tersebut seolah kita mendapatkan energi baru. Energi ini kemudian dimaknai oleh masyarakat tradisional sebagai berkah ataupun karomah. Berziarah bukan sekedar ritual yang begitu saja dijalani secara rutin dengan meminta berkah. Berziarah, selain mengingatkan kematian bagi orang-orang yang hidup, juga mengingatkan kita untuk hidup agar lebih baik. Yang diambil adalah nilai semangat hidup dari sang wali yang terus mempertahankan nilai kebenaran yang diyakininya. Sang wali yang hidup di masa lalu meninggalkan bekas yang menjadi pelajaran bagi si hidup[ pada masa kini, baik kekurangan ataupun keutamaannya. Mengambil pelajaran (
sejarah) masa lalu berguna untuk menghindari terperosok kembali ke lubang yang sama. “Mengambil pelajaran masa lalu seperti membaca laporan keuangan perusahaan,’ tegas pak Harun. Dalam laporan keuangan kita bisa melihat apa yang menyebabkan usaha kita untung atau rugi. ‘dari laporan keuangan tercermin prestasi perjalanan usaha, ini menentukan bagaimana kita mengambil keputusan pada masa mendatang, ujarnya. “berziarah pun bagi saya seperti membaca ‘laporan keuangan’ perilaku manusia, tegasnya. Jadi,
ziarah bisa juga dimaknai tak sekedar
ngalab berkah sang wali.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Humaniora Selengkapnya