Bagi para penggemar National Basketball Association atau yang lebih dikenal dengan sebutan NBA, istilah 3-peat tentulah tidak asing untuk didengar. Lebih jelasnya, 3-peat didefinisikan atau gelar yang diberikan kepada sebuah tim NBA yang sanggup untuk memenangkan kejuraan NBA ini sebanyak 3 kali berturut-turut.
Deretan tim yang sanggup untuk memenangi adalah Boston Celtics, Chicago Bulls, Minneapolis lakers (sebelum menjadi Los Angeles Lakers) dan Los Angeles Lakers. Akan tetapi, Chicago Bulls dan Los Angeles Lakers lah yang lebih diakui sebagai tim dengan 3-peat terbaik, karena dapat memenangkan 3-peat di era dan format yang lebih modern daripada Boston dan Minneapolis. Bahkan, Chicago Bulls memenangkan 3-peat sebanyak 2 kali dalam kurun dekade yang sama dalam asuhan Phil Jackson dan dengan bantuan sang legenda NBA, Michael Jordan.
Di era 2010 keatas, terdapat 2 tim yang hampir pasti mendapatkan 3-peat, yaitu Miami Heat dan Golden State Warriors. Namun, gelar 3-peat mereka yang sudah depan mata hancur dan dapat dipatahkan oleh seorang pemain yang bernama Kawhi Leonard.
Kawhi Leonard merupakan pemain NBA berkebangsaan Amerika Serikat yang memulai kariernya di NBA sejak 2011. Kawhi dipilih oleh Indiana Pacers dengan peringkat draft 15 ronde pertama, kemudian Indiana langsung menukar Kawhi Leonard untuk George Hill kepada San Antonio Spurs. Bersama Spurs lah, karir NBA Kawhi mulai melejit.
Masa keemasan Leonard mulai terlihat ketika dia dan Spurs tampil di final NBA 2013 melawan sang juara bertahan yaitu Miami Heat yang dikomandoi oleh veteran Lebron James. Akan tetapi, Kawhi dan Spurs dapat dikalahkan oleh Miami Heat melalui 7 pertandingan. Walaupun kalah, titik terang karir Kawhi mulai terlihat.
Setahun kemudian, Spurs kembali berhadapan dengan Heat di final NBA tahun 2014. Pada final kali ini lah Kawhi mematahkan impian Lebron James dan Dwyane Wade untuk dapat merasakan 3-peat seperti Kobe Bryant & Shaq serta Michael Jordan dan Scottie Pippen. Tidak hanya mematahkan kemungkinan 3-peat oleh Heat, Leonard juga dinobatkan sebagai pemain terbaik final NBA 2014 dengan rata-rata point 17.8 selama 5 pertandingan. Inilah pertama kalinya Leonard mematahkan 3-peat sebuah tim.
Pada musim 2018-2019, sebuah transfer besar terjadi secara mendadak. Kawhi Leonard ditukar dengan DemarDerozan untuk bermain dengan Toronto Raptors, sedangkan Derozan bermain untuk Spurs. Banyak spekulasi terjadi seperti kabar bahwa Kawhi sebenernya ingin pindah ke Los Angeles hingga kurang harmonisnya Leonard dengan beberapa staff  Spurs.
Kawhi pun sempat diragukan apakah dia dapat bermain dengan baik lagi untuk Toronto Raptors, karena dia baru saja sembuh dari cedera panjangnya. Namun, tidak diduga-duga Kawhi dapat bermain dengan baik dan dapat memimpin Raptors pada musim regular dengan bertengger pada posisi 2 wilayah Timur NBA. Bahkan, Kawhi sekali lagi menggagalkan ambisi sebuah tim untuk mendapatkan 3-peat. Korban Leonard kali ini merupakan Golden State Warriors dibawh arahan Steve Kerr dan pemain bintang Steph Curry.
Seperti 2014, lagi-lagi Kawhi Leonard mendapatkan gelar pemain final terbaik karena kontribusinya untuk Raptors yang dapat menggagalkan misi ambisius Golden State Warriors atau GSW untuk menjadi tim dengan perolehan 3-peat seperti Bulls dan Lakers. Menariknya, Kawhi selalu ada kala sebuah tim ini ingin mendapatkan 3-peat, walaupun Kawhi sudah berbeda tim.
Gaya bermain defensif yang telah Leonard buktikan selama bermain dengan San Antonio Spurs dan juga melatih skill menyerangnya membuat Kawhi Leonard menjadi pemain kunci yang konsisten dalam membawa tim yang dia bela untuk mendapatkan juara dan menghancurkan impian 2 tim untuk mendapatkan 3-peat.
Pada musim depan, Leonard bergabung dengan Los Angeles Clippers beserta Paul George yang didatangkan dari Oklahoma City Thunder. Menarik untuk ditunggu apakah sesosok Kawhi Leonard sanggup membawa dirinya dan tim yang dia bela untuk mendapatkan 3-peat ataukah mungkin suatu saat nanti dia dapat menghancurkan lagi impian sebuah tim untuk memenangkan kompetisi NBA sebanyak 3 kali berturut-turut.