keputusan, baik saat masih perencanaan, pelaksanaan maupun saat evaluasi atau refleksi. Keputusan yang selalu berpihak kepada peserta didik dimaksudkan agar menjadikan mereka sebagai generasi yang cerdas dan berkarakter dalam rangka mewujudkan profil pelajar Pancasila. Hal ini dapat kita lakukan dalam proses pembelajaran di Sekolah, yang tidak hanya menitik beratkan pada pembelajaran kognitif, namun penanaman nilai-nilai kebajikan dapat kita sampaikan secara berulang-ulang pada pembelajaran. Dengan penuh tanggungjawab berada didepan sebagai pemimpin yang meberi tauladan, ditengah memotivasi dan dibelakang memberikan dorongan.
Sebagai pemimpin dalam pembelajaran yang berhadapan dengan murid-murid setiap harinya, sudah semestinya memahami konsep-konsep dalam Pendidikan. Melalui filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka, Dimana sebagai seorang pemimpin pembelajaran memiliki tanggungjawab mengambilPrinsip-prinsip yang dipilih Ketika seseorang mengambil Keputusan berbanding lurus dangan nilai-nilai yang tertanam kuat didalam kepribadiannya. Namun, seseorang yang terus belajar terkait dengan pegembangan dirinya juga akan menpengaruhi prinsip-prinsip yang diambil dalam pengabilan Keputusan. Seorang pemimpin pembelajaran hendaknya berpegang pada nilai mandiri, kolaboratif, reflektif, inovatif dan berpihak kepada murid serta memiliki keterampilan emosional.
Salah satu faktor yang sangat membantu dalam pengambilan keputusan adalah keterampilan coaching. Sebagai pendidik, guru harus memiliki keterampilan coaching. Alur TIRTA dapat digunakan sebagai upaya merumuskan pengambilan keputusan yang efektif. Tanyakan terlebih dahulu tujuan yang ingin dicapai oleh coachee. Menggali lebih dalam lagi kondisi, perasaan, atau kendala yang dihadapi coachee. Menanyakan solusi dan rencana yang akan dieksekusi oleh coachee. Menanyakan komitmen yang dilakukan dalam mengeksekusi rencana aksi yang sudah dijabarkan di awal.
Selain itu, Kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosional juga sangat mempengaruhi dalam pengambilan keputusan. Mengelola dan menyadari aspek sosial emosional akan membuat guru lebih memahami keadaan diri sendiri maupun lingkungan sekitar. Dengan kemampuan mengelola dan menyadari aspek sosial emosional yang baik membuat kita lebih memperhatikan sikap dan Tindakan yang akan kita lakukan serta dampak setelahnya. Mengelola emosi yang baik tidak terlepas dari aspek-aspek yang harus diperhatikan yaitu: kesadaran diri (self awareness), pengelolaan diri (self management), kesadaran sosial (social awareness) dan ketrampilan berhubungan sosial (relationship skills). Jika semua aspek pengelolaan emosi tersebut dikuasai oleh guru, kemungkinan guru tersebut dapat mengambil keputusan yang Bertanggung Jawab sangat besar. Hal ini disebabkan karena pengambilan keputusan oleh guru yang sudah memiliki pengelolaan dan penyadaran yang baik perihal sosial dan emosionalnya secara sadar penuh (mindfull). Namun hal yang perlu diingat, tujuan utama pengambilan selalu pada kepentingan dan keberpihakan pada anak didik.
Latihan pengambilan keputusan dapat terus dilatih melalui pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika merupakan upaya pemahaman konsep serta pendekatan kontekstual seorang pendidik dalam pengambilan keputusan. Ketika seseorang pendidik harus memilih antara dua pilihan di mana kedua pilihan secara moral benar tetapi bertentangan (etika moral), maka guru harus Kembali kepada nilai-nilai yang dianutnya. Pengambilan Keputusan yang tepat, misalnya dengan menerapkan 4 paradigma; 3 prinsip dan 9 langkap akan menciptakan lingkungan yang positif dan nilai-nilai kebajikan juga berkontribusi pada kesejahteraan mental siswa. Ketika siswa merasa diterima dan dihargai di dalam kelas dan sekolah sebab adanya budaya positif, mereka lebih mungkin mengembangkan rasa percaya diri dan mengembangkan keterampilan afektif dan kognitif serta semakin menguatkan karakter yang mengacu kepada profil pelajar Pancasila.
Dalam pengambilan keputusan, khususnya di lingkungan sekolah pasti ada tantangan yang akan kita hadapi, banyak guru yang bertahan dengan paradigma lama, dimana guru memposisikan diri pada posisi kontrol guru sebagai penghukum maupun guru sebagai pembuat rasa bersalah dalam pengambilan Keputusan sehingga tidak berpihak kepada murid. Kaitannya dengan perubahan paradigma ialah harus terdapat aktor guru Bersama kepala sekolah yang melakukan pengimbasan atas pemahaman paradigma yang terbarukan di lingkungan Pendidikan.
Terdapat pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran memerdekakan murid-murid kita. Telah kita sadari bahwa setiap murid memiliki potensi yang berbeda-beda. Pengenalan potensi dapat dilakukan dengan assesmen awal baik bersifat kognitif maupun non kognitif. Hasil assesmen akan menjadi acuan guru dalam memutuskan pembelajaran yang tepat sesuai dengan potensinya. Guru dapat mengemasnya dalam bentuk pembelajaran berdiferensiasi; konten, proses ataupun produk. Dengan Keputusan tersebut dalam pembelajaran diharapkan dapat memerdekakan murid-murid.
Mengkontekstualisasi 4 paradigma; 3 prinsip dan 9 langkah pengembilan keputusan. Â Pengambilan keputusan yang tepat dan efektif dari seorang pemimpin pembelajaran akan sangat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-murid. Banyak cerita inspiratif dari tokoh terkenal yang keberhasilannya merupakan buah dari keputusan tepat yang diambil oleh guru atau orang tuanya. Ataupun suatu kebanggaan tersendiri bagi guru jika berhasil dalam mendidik muridnya hingga sukses sebab keputusan-keputusan yang dibuatnya. Oleh karena itu, sebagai guru kita dituntut untuk benar-benar dapat mengenali dilema etika serta ketepatan dalam mengambil keputusan. Jangan sampai keputusan yang kita ambil secara tidak langsung menghancurkan masa depan murid kita. Setiap keputusan yang kita ambil seyogyanya berpihak kepada murid, memaksimalkan bakat dan potensi sesuai dengan kodrat alam maupun kodrat zaman, memerdekaan murid sebab setiap anak memiliki minat dan potensi yang berbeda. Tugas guru memfasilitasi pengembangan bakat dan minat murid dalam menyongsong masa depan dan meraih cita-cita.
Dalam menghadapi kasus yang dimiliki oleh warga sekolah, penerapan konsep-konsep pemimpin pembelajaran sangat dibutuhkan. Misalnya keterampilan coaching yang telah diulas diatas. Bagaimman urgensinya? keterampilan coaching ini membekali guru dalam proses pengambilan keputusan. Dalam proses pengambilan keputusan yang bertanggung jawab juga diperlukan kompetensi kesadaran diri (self awareness), pengelolaan diri (self management), kesadaran sosial (social awareness) dan keterampilan berhubungan sosial (relationship skills). Sehingga proses pengambilan keputusan dapat dilakukan secara sadar penuh (mindful), sadar dengan berbagai pilihan dan konsekuensi yang ada. keterampilan tersebut akan membantu guru mengambil sebuah keputusan terkait permasalahan dilema etika maupun bujukan moral dengan sebuah keputusan yang bijak melalui pemetaan 4 paradigma dilema etika dengan 3 prinsip serta menerapkan 9 langkah pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran sehingga keputusan-keputusan yang diambil berbasis etika, sesuai visi misi sekolah yang berpihak pada murid, budaya positif, serta nilai-nilai yang dianggap penting dalam sebuah institusi, sehingga prinsip-prinsip dasar yang menjadi acuan juga akan lebih jelas. Pada akhirnya akan membentuk generasi dengan profil pelajar Pancasila.
Para calon guru penggerak. Disajikan pembelajaran dengan skema MERDEKA, studi kasus, diskusi serta mengkontekstualisasi dalam kegiatan atau aktifitas sehari-hari yang dihadapi. Pembelajaran dalam LMS memudahkan dalam proses pemahaman. Banyak hal-hal yang diluar dugaan, pemahaman dasar bahwa setiap keputusan diambil berdasarkan saran dan masukan saja belum efektif. Nyatanya terdapat konsep 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan keputusan yang harus diterapkan. Pengujian-pengujian, pelibatan pihak/faktor lain juga dibutuhkan. Pengambilan keputusan tidak berhenti sampai terselesaikannya kasus-kasus dilema etika namun juga perlu adanya refleksi dan evalusi sebagi tindak lanjut serta pembelajaran untuk kasus-kasus dilemma etika atau bujukan moral setelahnya.
Sesuai pernyataan diatas, biasanya pengambilan keputusan yang dilakukan berdasarkan fakta atau data serta masukan untuk kemudian dikontemplasi tanpa langkah yang sistematis. Namun, setelah mempelajari konsep pengambilan keputusan berdasarkan nilai-nilai Kebajikan universal yang berpihak kepada murid ini, bahwa adanya langkah-langkah yang harus ditempuh dalam pengambilan keputusan serta paradigma dan prinsip yang harus dipegang.Â