[caption id="attachment_332928" align="aligncenter" width="560" caption="Alumni ST.29 angkatan 70-90 yang dilanjutkan dengan deklarai berlokasi di Villa Putri Cisarua Bogor, Jawa Barat Sabtu dan Minggu (1-2/11/2014)"][/caption]
Mahasiswa Gorontalo tentu mengenal asrama mahasiswa Gorontalo yang beralamat di Jalan Salemba Tengah Nomor 29 Jakarta Pusat atau disingkat Alumni ST29 ini menjadi bagian dari sejarah terbentuknya Gorontalo yang juga digerakkan oleh mahasiswa saat itu.
Dengan demikian, banyak orang menyayangkan bila asrama ini akan beralih fungsi dan mahasiswa akan dipindahkan karena statusnya belum jelas sejak ditangani oleh kodam jaya sebagai tanah bekas peninggalan PKI.
“Tapi, yang pertama kita lakukan mendasar adalah mengurus sertifikat karena tanah itu sudah 35 tahun tidak memiliki status, “kata Didi, sapaan akrab Abdul Kadir Baga pada Kompasianer, Minggu (2/11/2014) di Cisarua Bogor Jawa Barat.
Terbitnya sertifikat, membuat sebagian besar alumni dan simpatisan ST. 29 itu merasa bersyukur karena pemerintah Gorontalo bersedia membeli tanah tersebut.
“Ini sebuah bentuk pengabdian kita terhadap Salemba Tengah/29. “tambahnya.
Maka dari itu, usai reuni dan deklarasi, alumni ST . 29 akan menyusun kepengurusan dan membuat program kerja kedepan, sehingga berguna untuk masyarakat.
Sebenarnya, kata lelaki yang berkantor di Infokom, Jakarta, bahwa perkumpulan ST.29 ini digagas oleh alumninya sendiri, karena merasa sudah sekian lama tidak bertemu.
Pendeklarasian reuni ini juga di pergunakan sebagai nampak tilas sekaligus membentuk komunitas atau perkumpulan ikatan alumni ST, 29 Jakarta.
Sebenarnya, alumni antara tahun 1970-1990 ini usianya sekitar lima puluh tahun keatas, bukan lagi mencari kekayaan melimpah. Tapi , bagaimanaalumni itu mendedikasikan diri atau melakukan pengabdian pada masyarakat.
Jadi, kehadiran alumni ST. 29, bukanlagi mencari Bargaining Position untuk menduduki satu jabatan. Namun, bagaimana kehadiran para alumni itu menyumbangkan hasil pemikiranya untuk kepentingan orang banyak.
“Apa yang kita lakukan dipuncak, Cisarua ini bukan sesuatu yang kesannya untuk hura-hura dan menghabiskan uang. Akan tetapi, ada sesuatu lembaga yang kita buat dan bukan hanya berguna untuk alumninya saja, tetapi juga berguna untuk masyarakat selanjutnya, “ujarnya.
Kedepan alumni ia inginkan, sebagai sebuah pengabdian untuk masyarakat bahkan perlu meningkatkan SDM asal Gorontalo lewat seleksi.
Mahasiswa terseleksi akan mengikuti pendidikan diberbagai perguruan tinggi di Jakarta dan menjamin mereka untuk tinggal di ST. 29, lengkap dengan berbagai fasilitas yang ditanggung oleh Pemda Gorontalo.
Tentu saja, mahasiswa tersebut menikmatinya dengan batasan 5 tahun dalam menempuh pendidikan sarjana. Itu harus selesai karena merupakan kontribusui pemerintah terhadap SDM ketika menuntut ilmu hingga ke Jakarta.
Kontribusi dan jaminan pemerintah akan berjalan mulus sehingga dipastikan, 20 tahun kemudian Gorontalomemiliki SDM berkualitas yang bisa mengharumkan nama Gorontalo dan bisa berguna bagi siapa pun.
“Manusia terbaik itu adalah manusia yang berguna untuk orang lain. Jadi, itu yang kita lakukan saja, “tandas Didi sambil berharap, agar asrama putri juga tetap adadi Lenteng Agung, Jakarta Selatan, tidak jauh dari Universitas Indonesia. ****
Amir Monoarfa
Siapa yang tidak mengenal lelaki kelahiran Gorontalo 12 Pebruari 1954 yang dikenal gemar berorganisasi sejak dirinya menjadi penghuni ST.29 pada tahun 1970 dan menjadi mahasiswa Akademi Maritim, Jakarta, jurusan Tata Laksana. Karirnya pun melesat disebuah perusahaan besar di Jakarta yakni mengurusi semua barang ekspor-impor.
Setelah pensiun, Amir tidak patah semangat, ia kembali menekuni organisasi sosial yang ia dapatkan sejak mahasiswa..
Reuni yang diadakan di Puncak menjadi moment yang sangat penting karena dilanjutkan dengan deklarasi Reuni Alumni dan Simpatisan ST. 29 yang sebelumnya sudah dua kali pertemuan, salah satunya di RRI Gorontalo yang disiarkan secara live.
Reuni ini bisa sukses karena Amirtidak mengalami kesulitan ketika menghubungi rekan-rekanalumni dan rata-rata mereka sangat setuju.
Kemunikasi yang jitu dengan mengandalkan teknologi canggih, mumudahkan lelaki humoris inibisa mengumpulkan rekan-rekan disatu tempatbila dibanding dengan dirinya dulu yang hanya mengandalkan telegram dan surat menyurat.
Pernah menjadi pengurus Himpunan Pelajar Mahasiswa Indonesia Gorontalo (HPMIG) Jakarta, menjadi modal untuk bisa mengkoordinir alumni yang sudah puluhan tahun tidak bertemu, Informasi pembentukan itu disampaikan pada rekan-rekan ketika dirinya sewaktu-waktu pulang ke Gorontalo.
Sebenarnya, terbentuknya alumni ST.29 itu berawal dari dua rekannya Abdul Kadir Baga dan Faruk Alamri, mengundangnya untuk bertemu disuatu tempat. Setelah menyantap makanan hingga kenyang. Kedua rekannya ini mengutarakan maksud pertemuan itu, yakni mengadakan reuni alumni ST29.Reuni tersebut baru ia tahu ternyata idenya Faizal Badjeber.
“Kedua rekannya Didi dan Faruk bertanya pada saya, apakah mampu mengkoordinir alumni-alumni yang sudah sekian tahun tidak bertemu. Saya langsung jawab, itu gampang dan saya siap saja, asal ada anggarannya, hahaha, “ kata Amir sambil tertawa.
Mendengar kata reuni, Amir mengaku, perasaaannya saat itu sangat senang karena membayangkan bisa bertemu lagi dengan rekan-rekan yang hilang komunikasi dari 5 tahun hingga 30 tahun.
“Itu yang membuat saya bersemangat,”ujarnya.
Semangat itu dia wujudkan, dari mulai urusan dana, tenaga, pikiran dan segalanya, sehingga reuni dan deklarasi tersebut berjalan sukses.
Kesuksesan itu karena pemikirannya sama dengan rekan sesama alumni yang ingin bertemu juga dengan rekan-rekan seperjuangan di asrama Gorontalo. Bayangkan, dari Gorontalo meski mereka ini sibuk tetap menyempatkan diri ikut acara ini seperti, Yamin Otolomo, Pulu Kadir dan Tommy Pakaya.
Pada malam Reuni dan Deklarasi Alumni dan Simpatisan ST. 29 di Villa Putri, Cisarua, Bogor Sabtu-Minggu (1-2 November/2014) yang dihadiri kurang lebih 200 orang termasuk tokoh Gorontalo Laksmana Purn A.R Katili, disepakati bahwa, Abdul Kadir Baga didaulat sebagai Ketua Alumni ST.29.
Didi yang ditunjuk sebagai ketua akan membentuk struktur organisasi dan membuat program sosialjangka pendek.
Menyinggung angkatan 90 tahun keatas, selaku panitiatetap mengundang anak-anak asrama sekarang, tapi, mereka tidak datang. Padahal acara ini sebagai modal, bagaimana jika mereka membentuk reuni seangkatannya. Apalagi mereka pernah mengatakan akan membentuk sebuah perkumpulan yang sama pula
“Tidak datang, kemungkinan mereka itu perasaan karena orang Gorontalo itu memiliki perasaan malu ‘ah wau jatahun 90 ta’u mehadiri’ (saya bukan angkatan tahun 70-90 itu mehadir), padahal bukan itu, tujuan saya hanya kebersamaan, “tuturnya.
Kedepan Amir berharap, pada alumni seangkatannya, dimana kurang lebih 80 persenusia lanjut, tapi katanya, bahwa usia itutidak menjadi penghalang, selagi bisa memberikan kontribusi pada rekan-rekan, terutama alumni junior untuk membagi pengalaman baik disiplin ilmu maupun berorganisasi.
Ditanya lagi suka duka selama masih di asrama, dengan tersenyum Amir menceritakan, dirinya hanya mengadalkankiriman dari ortu yang hanya PNS, di kantor Dinas Pertanian Kabupaten Gorontalo, dimana kiriman itu kadang terlambat hingga setengah bulan.
“ Alhamdulillah semuanya bisa dilalui berkat ketabahn dan selalu bersyukur pemberian Allah SWT selama mengkuti studi. Sekarang, disisa umur ini, bagaiman saya bisa berkreasidan berguna pada orang lain, “tandasnya.
Tetapi, meski tidak tinggal di ST 29, iatetap menyempatkan diri untuk bersiraturrahmi dan memberikan masukan serta membagi pengalaman di asrama itu.
[caption id="attachment_332932" align="alignnone" width="560" caption="(Gb Ka-Ki duduk): Abdul Kadir Baga, Faruk Alamri, Tommy Pakaya.(Berdiri Ka-Ki) Abdullah Lahay, Amir Monoarfa (ketiga) Pulu Kadir dan Faizal Badjeber"]
Faizal Badjeber
Ide rauni ini terinspirasi dari munculnya beberapa organisasi kekeluargaan. Dari situ ia pun berkeinginan untuk membuat sebuah perkumpulan yakni reuni alumni Asrama Gorontalo yang dikenal ST.29.
Ia tidak bisa membayangkan, bagaimana jadinya, usia sudah hampir 60 tahun tidak lagi bertemu dengan rekan-rekan sesama penghuni asrama Gorontalo, apalagi seangkatan dengannya tahun 1974.
Reuni ini sangat bermanfaat karena bersifat kekeluargaan sehingga ia bisa mengetahui rekannya apakah sudah meninggal atau dalam keadaan sakit.
“Saya sangat senang ide saya diapresiasi oleh teman-teman dan mudah-mudahan acara ini jangan berakhir di Cisarua, akan tetapi, akan berlanjut tahun berikutnya, “katanya
Alumni Universitas Jayabaya dan Universitas Krisna Dwipayana berharap, alumni ini bisa mempererat tali persaudaraa dan tidak menutup kemungkinan dari silaturrahmi akan muncul ide-ide brilian sehingga dapat berguna untuk sesama. *****
Abdul Wahab (64).
Menurut alumni angkatan 1973 yang pernah menjadi pejabat di Bank Pemerintah BDN, Jakarta ini, kedepannya, setelah deklarasi ini akan dibentuk program-program baru. Reuni yang akan diselenggarakan nanti bukan reuni yang hanya berkumpul-kumpul. Namun reuni ini bisa berkembang menghasilkan beberapa program untuk menciptakan SDM.
“SDM yang berkualitas dan itu yang paling penting, “tutur lelaki yang banyak mengusai banyak keahlian seperti akuntansi, bahasa asing, pakar seks dan antropologi budaya dan lain-lain.
Pengalaman dan ilmu y ang didapat secara otodidak akan ditularkan pada mahasiswa junior. Harusnya setelah meninggalkan asrama ST.29 alumni tetap bermanfaat diusia yang tidak muda itu.
“Kita kan masih sehat, harusnya memberikan sumbangan pemikiran kita, jangan sampai alumni yang tua-tua ini merasa tidak bermanfaat lagi. Tidak ada itu. Bahkan mereka itu tidak tahu yang mereka kerjakan. masaalahnya disitu, “tandasnya. *****
Faruk Alalmri (54)
Penghuni ST.29 tahun 1981 ini, sebenarnya, acara reuni ini atas usulan Faizal Badjeber yang kemudian dia teruskan pada Amir Monoarfa. Faruk yang saat ini berkarir di PT . Utama Karya, Cawang, Jakarta sebagai Bussiness Depelovment berpikir, untuk mengadakan acara seperti ini tentu harus melalui sistem organisasi.
Permintaan itu pun diamini oleh Amir Monoarfa yang kemudian ia minta pendapat, jika acaranya jadi dilaksanakan, apakah rumahnya layak untuk menampung rekan-rekannya atau diadakan dirumahnya Didi Baga. Namun seiring berjalannya waktu, acara reuni ini akhirnya diadakan di Cisarua, Bogor.
“Harapan saya, acara ini bisa berkesinambungan, kalau perlu setiap tahun, sehingga hubungan kekeluargaan antar sesama alumni terjalin dengan baik, “tandas alumni STPN perguruan Cikini..
Pulu Kadir(53)
Angkatan 1982 di ST. 29 dan menjadi mahasiswa di Universitas Pancasila itu tentu merasa senang dengan acara seperti ini. Terbukti, meski sibuk, Pulu Kadir bersama dua rekannya, Yamin dan Tommy Pakaya berusaha untuk hadir pada acara reuni Alumni ST.29.
Menurutnya, reuni inimerupakan sebuah perkumpulan yang bersifat emosional dan kekeluargaan. Menyatukan kembali hubungan yang sempat putus selama berpuluh –puluh tahun.
Sebelumnya, acara reuni hanya bersifat perkumpulan biasa saja, dimana pada pertemuan pertama diadakan di RRI Gorontalo, dan kedua dirumahnya Masri Jafar. Namun, pada reuni yang ketiga ini menjadi moment yang bagus karena dilanjutkan dengan deklarasi.
Untuk wilayah Gorontalo sudah terbentuk dimana yang menjadi koordinatornya adalah Tommy Pakaya.
“Saya berharap acara reuni yang diadakan di Gorontalo, usai lebaran 2015, bisa diikuti semua angkatan apalagi rekan-rekan yang dari Jakarta ikut meramaikan juga, “ujarnya. ****
Tommy Pakaya
Angkatan tahun 1982 yang juga menjadi ketua asrama ST.29 ini masih beruntung nasibnya tidak pernah mengalami kesulitan seperti yang dialami sebagian mahasiswa angkatan tahun 70-an.
“Ya, tidak semua mahasiswa mengalami hal serupa, tapi saya salut dengan perjuangan mereka yang tentunya pengalamam itu bisa diteladani oleh mahasiswa di ST.29 sekarang, “kata lelaki yang memiliki suara emas ketika menyanyikan tembang kenangan.
Seperti yang diharapkan oleh rekan-rekan alumni lainnya, tentu kata Tommy, ajang silaturrahmi ini bisa memberikan motivasi kepada adik- adik mahasiswa atau alumni angkatan lainnya untuk bisa menyumbangkan hasil pemikiran mereka.
Kata Tommy, sah-sah saja jika alumni lainnya membentuk perkumpulan seangkatannya selagi itu hal positif itu. *** Teks & Foto:Abuzakir Ahmad
Persiapan Deklaras. Carolina Kaluku (tiga dari kiri), Lasmana (Purn) A.R Katili (dua dari kiri), Ali Dunggio (dua dari kanan)
[caption id="attachment_332940" align="aligncenter" width="560" caption="Penghuni ST.29 Jakarta"]
[caption id="attachment_332943" align="aligncenter" width="455" caption="Abdullah Lahay, Simpatisan Alumni ST.29 yang juga merupakan pejuang Provinsi Gorontalo ini berpuisi "]
[caption id="attachment_332945" align="aligncenter" width="567" caption="Laksamana (Purn) A.R Katili menyerahkan hadiah pada Abdul Wahab sebagai pemenang pertama dalam lomba cerita baik suka dukanya di ST.29, Jakarta. "]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H