Mohon tunggu...
Abuzakir Ahmad Zacky
Abuzakir Ahmad Zacky Mohon Tunggu... Wartawan -

Memburu berita, mengabadikan setiap moment, bertemu banyak orang, menyaksikan berbagai tragedi, dan mencatatkan berbagai kenangan. Begitulah caraku menikmati hidup ini. Wartawan adalah panggilan jiwaku, kupersembahkan jiwa raga ini demi runtuhnya kedhaliman penguasa. Wartawan memanggilku dengan ketulusanku dalam secuil harapan. Fotographer dan sekaligus Reporter menjadi makananku sehari-hari. Hingga meraih prestasi menjadi penulis terbaik pada lomba menulis pocari sweet ‘Teater 24 jam’ oleh MURI (2005) bersama Metro TV, Prambor Radio, (elektronik) Sinar Harapan, Metro Pos dan Majalah Sunter (cetak). Bidikan kamera yang setiap saat menembus batas pun menjadi saksi meraih juara 1 lomba Foto Destinasi wisata posisir Jakarta Utara (Ultah DKI 2013). Salam Kompasianer! 2013 berkah menyertai semuanya, Amin....

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bencana Jelang Pilpres, Hoaks cs dan Kematian

4 Oktober 2018   19:35 Diperbarui: 4 Oktober 2018   19:56 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jakarta. Kun fayakun "Jadilah". Harusnya, kejadian bencana gempa yang melanda Lombok NTB dan Gempa-Tsunami Palu-Sulteng menjadi pelajaran, hikmah bagi kita semua, ummat manusia untuk mengingat tentang  kematian. Kematian yang tidak bisa diprediksi, kapan, dimana dan penyebabnya apa.

Kita tidak tahu, mengapa bencana alam itu terjadi di kedua provinsi tersebut.
Dalam benak saya, ada apa dengan Lombok? Ada apa dengan Palu ? Bukankah Kota Palu itu terkenal dengan sekolah atau Madrasah Alkhairaat-nya.  Sebuah organisasi pendidikan agama Islam yang di dirikan pada tanggal 30 Juni 1930 oleh Al-Habib Idrus bin Salim Al-Jufri atau Sayyid Idrus bin Salim Al-Jufri atau Guru Tua.

(Saat bencana, foto bingkai Guru Tua pun masih dalam posisi utuh diatas rak, dibanding  buku-buku lainnya yang jatuh berantakan. Seperti ditulis oleh Saudaraku Man Mohammad)

Wallahu A'lam Bishawab
"Hanya Allah yang Maha Mengetahui"

Jadi, dengan kejadian dikedua provinsi tersebut, harusnya, siapa pun apalagi menghadapi Pilpres 2019 untuk mengambil hikmah, bahwa kematian itu ada didepan mata.

Sekarang ini, untuk meraih kekuasaan apapun bisa dilakukan, apakah menghalalkan segala cara lewat berita Hoax, Kebencian, Kedengkian dan Fitnah yang disebarkan secara masif dimedia sosial.

Bahkan pemutaran film G/30/S-PKI dengan nonton bareng "nobar" ditengah luka, ditengah bencana anak negeri. Mereka tidak empati.

Ditambah lagi dengan berita kebohongan aktivis Ratna Sarumpaet, bahwa dirinya mengalami kekerasan, tapi ternyata perempuan cantik nan awet muda dan murah senyum ini hanya "Operasi Plastik" atau Sedotan eh "Sedot Lemak".

Astagfirullah Bu Ratna Syantikk..

Demikian juga , ditengah bencana yang memilukan pun, beberapa organisasi masih sempat-sempatnya mengklaim bahwa mereka adalah yang terdepan menjadi relawan. Bukan itu, relawan adalah relawan.  
Innalilahi wainnailaihi Roji'un.
"Sesungguhnya kita ini milik Allah, dan sesungguhnya kita semua akan kembali kepadaNya"

Semoga kejadian ini menjadi hikmah buat kami untuk lebih memperbaiki diri, agar siap menghadapi kematian. Amin..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun