Mohon tunggu...
Abuzakir Ahmad Zacky
Abuzakir Ahmad Zacky Mohon Tunggu... Wartawan -

Memburu berita, mengabadikan setiap moment, bertemu banyak orang, menyaksikan berbagai tragedi, dan mencatatkan berbagai kenangan. Begitulah caraku menikmati hidup ini. Wartawan adalah panggilan jiwaku, kupersembahkan jiwa raga ini demi runtuhnya kedhaliman penguasa. Wartawan memanggilku dengan ketulusanku dalam secuil harapan. Fotographer dan sekaligus Reporter menjadi makananku sehari-hari. Hingga meraih prestasi menjadi penulis terbaik pada lomba menulis pocari sweet ‘Teater 24 jam’ oleh MURI (2005) bersama Metro TV, Prambor Radio, (elektronik) Sinar Harapan, Metro Pos dan Majalah Sunter (cetak). Bidikan kamera yang setiap saat menembus batas pun menjadi saksi meraih juara 1 lomba Foto Destinasi wisata posisir Jakarta Utara (Ultah DKI 2013). Salam Kompasianer! 2013 berkah menyertai semuanya, Amin....

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Kisah Nyata Dua Manusia Korupsi SKK Migas

20 Maret 2014   04:19 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:43 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_299757" align="alignnone" width="598" caption="Hallo, Rudi dan Deviardi jujurlah dengan perkataan kalian, tuh ada tulisannya..ngerti ga,,,ya ommm"][/caption]

HUBUNGAN dekat layaknya saudara tak selamanya berbuah manis jika tidak dibarengi dengan rasa takut pada Allah atau keimanan yang kuat. Bisa saja hubungan itu retak dari perbuatan keduanya yang bisa merugikan pihak lain, termasuk negara.

Hubungan itu terjadi pada siapa saja, namun yang lebih berbahaya dan memalukan keluarga adalah perbuatan korupsi. Lihat saja, kisah nyata yang sekarang ini disaksikan dilayar kaca, melibatkan mantan Kepala SKK Migas Rudi Rubiandini dengan Deviardi, pelatih dan juga merupakan orang kepercayaan  Rudi.

Tapi, itu adalah cerita dulu, nostalgia membuat orang bisa terkena stroke dan darah tinggi, akibat kenangan itu terhapus oleh perkara yang tidak bisa dihindari. Perkara yang membuat hina, baik dilingkungan keluarga maupun masyarakat sekitarnya.

Lihat saja, bak sinetron yang kejar tayang, dimana menjelang pemilu 2014, berbagai perkara korupsi harus segera diselesaikan oleh penegak hukum seperti KPK dan Tipikor.

Rudi dan Deviardi menjadi contoh bagi semua pihak, betapa keserakahan itu akan terlihat nyata meski tersimpan dengan rapat. Keduanya berkilah dan saling menyalahkan, entah siapa yang benar,  Rudi atau Deviardi.

Terlihat dengan jelas dan siapa pun tidak percaya saat keduanya dikonfrontir oleh Jaksa di  di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta, pada Selasa (18/3/2014) malam.

Dalam pernyataan Rudi,  kepercayaan yang dia berikan pada Deviardi ternyata diselewengkan, yakni menarik uang dari para peserta tender.

Tapi, pernyataan Rudi dibantah oleh  Sang pelatih golf dan menyalahkan Rudi, dimana semua tugas untuk menerima uang diserahkan padanya.

Rudi pun ngotot, bahwa dirinya tidak pernah menugasi Deviardi untuk meminta uang dari para pihak yang memiliki kepentingan dengan SKK Migas.

Makin sengit, Deviardi mengaku bahwa tugas melebihi kerjanya sebagai pelatih golf, seperti mengatur semua keluar masuknya uang yang diterima Rudi, termasuk membayar semua tagihan kebutuhan Rudi serta mengurus biaya pernikahan anak Rudi, Rifa.

Uang yang diduga dari peserta tender SKK Migas pun dibiarkan Rudi untuk dinikmati Deviardi padahal uang itu dipenyimpanannya.

Rudi pun kembali bertanya pada Deviardi, mengapa dirinya menelpon bos Kernel Oil, Widodo hingga 22 kali, sedangkan dirinya hanya 6 kali telepon.

"Apa yang anda lakukan dengan menghubungi sebanyak itu. Apa pernah saya memberikan tugas untuk meminta-minta uang dari orang lain," tanya Rudi pada Deviardi.

"Saya hanya menerima telepon karena tidak sanggup menolak telepon  Widodo," jawab Devi.

Namun yang lebih menggelitik atau membuat tawa pengunjung sidang, ketika Devi menjawab,  "Bapak bilang jangan pernah minta, bapak bilang kalau orang itu ngasih ya terima, jangan minta. Kan bapak yang mengajarkan, ketika menerima uang harus clean and clear (halal)."

Tapi yang menjadi aneh, dalam psikolog,  jika seseorang menanyakan buktinya maka ada benarnya yang dilakukan itu. Ini pun terungkap dari mulut Rudi ketika dirinya mendengar ucapan dari Devi, bahwa ia pernah bertanya pada Rudi, apakah uang yang diterimanya itu halal atau tidak, tapi Rudi menjawa itu uang halal karena pernah membantu mereka. istilahnya, clean and clear.

"Kapan, apa buktinya, saya memerintahkan anda untuk menerima," tanya Rudi dengan gaya bicaranya yang terlihat emosi.

Bak drama Kolosal, Devi menjawanya dengan  enteng, "Tidak ada, tetapi kan bapak tidak menolak setiap kali saya melaporkan penerimaan itu," jawabnya pelan tapi pasti

Lalu, apa kelanjutan dua orang ini, andaikan masuk tahanan apakah mereka berantam? Au......

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun