Betapa senangnya hati saya ketika mendengar langsung pernyataan dari Menag di TvOne bahwa 1 Ramadhan jatuh pada hari selasa tanggal 12 Maret 2024. Karena Hilal tidak terlihat maka bulan Sya'ban digenapkan hingga 30 hari.
Demi mendengar itu kontan saja hati saya berbunga-bunga. sudah terbayang di depan mata saya keseruan dan keriuhan khas bulan Ramadhan. Mulai dari kenikmatan berlapar-lapar pada siang hari dan bersungguh-sungguh menyembahNya pada malam hari, memburu takjil pada sore hari, berbuka & sahur bersama keluarga dan pastinya mendengar suara khas mas Opick atau alunan merdunya Nissa Sabyan yang dapat dipastikan diputar di tempat-tempat keramaian Pasar,Mall,Minimarket dll.
Dan suatu realita yang kita hadapi sebagai Orang Indonesia yang kita kenal. bahwa negara kita sangat majemuk terdiri dari suku dan bangsa juga agama. Maka kemajemukan tersebut dapat kita jumpai juga dalam penetapan 1 Ramadhan.
Adalah 2 Organisasi besar yang sangat banyak jasanya untuk Indonesia NAHDLATUL 'ULAMA (NU) & MUHAMMADIYAH (MU). Berbeda pandangan dalam penetapan 1 Ramadhan (biasanya juga khilaf menetapkan 1 syawal).
Kubu NU menggunakan metode Rukyat sedangkan Muhammadiyah menggunakan metode Hisab. Muhammadiyah mulai puasa pada hari senin tanggal 11 yang berarti mereka sudah bisa Tarawih & sahur pada malam senin tanggal 10.
Adapun NU (dalam hal ini mewakili pemerintah Indonesia) baru bisa Tarawih & Sahur pada besok malam. terlepas dari khilaf tersebut, dan saya tidak ingin menggiring para pembaca untuk berdebat masalah ini. Sudah sepantasnya kita saling menghormati sesama muslim dan sesama anak bangsa Indonesia. Bagaimana mungkin negara kita maju jika kita terus berdebat masalah khilafiyah. Manakala Korut & Korsel, atau India & Pakistan ribut masalah Nuklir. Bangsa Kita lebih suka ribut perkara remeh temeh ini.
Maka dengan didorongkan oleh keinginan luhur dan semangat untuk menyambungkan tali Sillaturahim serta mengenyampinkan Fanatisme Madzhab. Maka malam ini (malam senin, tanggal 10 maret) saya terdorong untuk ikut melaksanakan Sholat Tarawih pertama di Masjid Muhammadiyah. Iya, walaupun saya ikut pemerintah yang baru bisa Sholat Tarawih malam Selasa, dan memang saya Orang NU yang tidak atau belum memiliki Kartu keanggotaan NU Hal ini tidak menghalangi saya untuk bergabung bersama Jamaah Muhammadiyah yang muda atau yang tua untuk bersama-sama kita bersujud kepada Allah Subhana wa Ta'ala.
Sekalipun saya orang Syafi'-Asy'ari yang doyan Qunutan,Maulidan,Wiridan,Tahlilan... dan an...an yang lain saya tetap memandang dulur-dulur Muhammadiyah sebagai Ikhwan fi sabilillah,
Dimulai dengan Sholat Isya' yang dimulai kira-kira pukul 19:30 kemudian dilanjutkan dengan Kultum dan kata sambutan dari pihak Masjid tempat saya Sholat lalu dimulailah Sholat Sunnah Tarawih.
Adapun pelaksanaan Tarawih di Muhammadiyah cukup berbeda jauh dengan yang NU laksanakan, jika format Raka'at NU adalah 20:3 yaitu Tarawih 20 Raka'at + Witir 3 Raka'at. Maka Muhammadiyah menggunakan format 4:4:3 yaitu 4 Rakaat Tarawih + 4 Raka'at Tarawih + 3 Witir.