Mohon tunggu...
Abu Tholib
Abu Tholib Mohon Tunggu... -

Wong Banyumas asli yang demi sesuap nasi (pernah) merantau ke Banda Aceh 1996-2000, ke Malang (5 tahun), di Balikpapan (4 tahun) dan sekarang di homeland Banyumas.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

UUD, Ujung-Ujungnya Di kompasiana juga

24 Januari 2010   08:05 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:18 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Dulu ketika sebuah rezim kleptokrasi (banyak orang menyebut demikian) masih berkuasa, ada plesetan begitu populer. Diantaranya UUD (Ujung-Ujungnya Duit), KUHP (Kasih Uang Habis Perkara), HAKIM (Hubungi Aku Kalau Ingin Menang). Sekarang masih relevan apa tidak plesetan tersebut, karena jelas rezim saat ini tidak mau disebut kleptokrat dan juga sudah ada beberapa prestasi pemerintah dalam menekan tingkat korupsi dan publik pun mengakui keberhasilan ini.

Apa hubungan antara konteks di atas dengan judul tulisan ini? Tidak ada. Tulisan ini sekedar mau menggambarkan bahwa situs Kompasiana sudah tidak dapat dipisahkan dari kehidupan pribadi saya, setiap hari dan setiap ada kesempatan saat koneksi internet.

Lebih dari tiga jam setiap hari saya selalu online dengan internet. Padahal ada dua anak dan seorang istri (untungnya ada seorang karyawan rumah tangga-istilah yang disarankan pak Beye untuk menyebut seorang pembantu agar terdengar lebih manusiawi) yang ikut bantu-bantu sehingga saat online, tidak terganggu dengan aneka pekerjaan ini itu di rumah.

Saat online saya sering nyasar ke belantara dunia maya dan tergiur dengan aneka situs yang menawarkan bisnis, yang konon bisa menghasilkan uang jutaan rupiah per hari (hampir ngga pernah saya klik karena terlalu bombastis), yang menawarkan fee setiap kali kita klik iklan yang ada di situs tersebut, dan yang memberikan penghasilan saat kita kirim tulisan (komentar atau artikel) ke sebuah situs berbayar, baik dari dalam maupun luar negeri. Diantara situs yang konon memberi kita fee (dalam US$) adalah mylot.com. Karena penasaran, saya mencoba menjadi member agar bisa kirim komentar atau artikel. Saya iseng mengirim sebuah komentar, eh ada fee $ 1 cent di akun saya. Fee bisa ditarik ke rekening PayPal bila sudah mencapai minimal $10. Karena setiap tulisan harus dalam bahasa Inggris, saya jadi malas untuk aktif di sana.

Situs asli Indonesia yang konon juga memberikan fee untuk setiap artikel yang dikirim adalah kulinet.com. Di situs ini, tiap tulisan diberi fee mulai Rp 2.000 sampai Rp 50.000 tergantung kualitas dan orisinalitas tulisan. Jumlah fee akan langsung ditransfer ke rekening bank bila sudah mencapai minimal Rp 100.000. Ada beberapa kriteria agar tulisan dapat disetujui oleh admin kulinet.com, antara lain:

1. Minimal 300 Kata per tulisan.

2. Tulisan Profesional, tidak mencontek/translate kasar dari tulisan lain.

3. Menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar.

4. Original, dan belum pernah dipublikasikan.

5. Tidak Mengandung SARA, Pornografi dan hal-hal Ilegal.Saya belum mendaftar jadi membernya.

Berhubung saya belum jadi member di kulinet.com, saya belum tahu realisasi pembayaran sebagaimana di mylot.com. Mungkin kompasianer lain yang sudah menjadi member di kulinet.com bisa menginformasikan lebih banyak (saya lihat ada beberapa kompasianer yang menjadi member di situs ini).

Ada lagi situs yang menawarkan fee atas kerelaan kita mengklik situs tersebut dan membaca emailnya, yaitu http://clockpay.net. Tapi dari banyak situs yang menawarkan fee, tidak ada yang bisa mengalahkan daya tarik Kompasian.com meskipun tidak ada bayar-bayaran. Tanpa dibayar pun tiap hari banyak saja orang mendaftar menjadi member di Kompasian ini karena daya tariknya yang luar biasa. Tidak bisa dibayangkan bila Kompasiana mesti bayar fee atas komentar dan artikel dari puluhan ribuan anggota. Bisa bangkrut deh! Hehehehe….

Jadi, meski sudah browsing ke sana ke mari tiap kali OL, ujung-ujungnya balik juga ke situs Sharing-Connecting ini. Apa sih yang menjadi daya tarik Kompasiana? Bagi saya, situs Kompasiana begitu hidup, ramai dan meriah. Hidup oleh militansi anggota dalam memposting tulisan yang berkualitas dan adanya komentar timbal balik. Tidak sebagaimana situs lainnya yang cenderung searah dan sepi dari interakasi antar anggota dan admin.

Salam Sharing-Connecting,

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun