Mohon tunggu...
Abu Tholib
Abu Tholib Mohon Tunggu... -

Wong Banyumas asli yang demi sesuap nasi (pernah) merantau ke Banda Aceh 1996-2000, ke Malang (5 tahun), di Balikpapan (4 tahun) dan sekarang di homeland Banyumas.

Selanjutnya

Tutup

Money

Pak Dahlan Iskan, (Semoga) the Right Man in PT PLN

23 Desember 2009   08:46 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:48 593
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya sama sekali tidak mengenal secara personal pak Dahlan Iskan (DI). Saya hanya mengenal ide dan pemikiran beliau melalui beberapa tulisan yang tersebar di berbagai media, baik cetak maupun media maya. Dan mengenal melalui tulisannya ini membuat saya terpikat dan kagum terhadap pemikirannya, keluasan pergaulannya, dan kesederhanaannya.

Ini kumpulan pemikiran pak DI,

- http://dahlaniskan.wordpress.com

- http://www.dahlaniskan.info

- http://www.jpnn.com/index.php?mib=beritarubrik&rb=3"

Saya memang gampang mengagumi orang yang pinter dan tajir tapi rendah hati & bersahaja. Sikap seperti ini juga menjadi karakter pak Jusuf Kalla dulu sebelum menjadi Wapres mendampingi pak Sby. Dan saya kagum berat pada beliau. Seorang pejabat tinggi dan pengusaha sukses tapi low profile.

Tidak seperti para anggota DPR yang bergaya jetset. Katanya, tempat parkir di gedung DPR seperti showroom mobil mewah. Banyak anggota DPR seperti berlomba menunjukkan status. Padahal rakyat yang diwakilinya banyak yang hidup tidak layak. Ironi bukan?

Pak DI juga bersahaja, tidak suka pamer status dan kekayaan. Konon pergi kemana-mana hanya membawa plastik kresek. Naik pesawat pun memilih kelas ekonomi. Padahal beliau masuk urutan ke-60 orang terkaya di Indonesia dengan kekayaan US$172 juta pada tahun 2007 (Sumber: di sini).

DI berlatar belakang wartawan. Sempat menjadi wartawan Tempo pada tahun 1976 kemudian memimpin Jawa Pos pada tahun 1982. Dan sejak dipimpin oleh DI, Jawa Pos menguasai pasar koran harian di Jawa Timur serta menjadikan sindikasi medianya,  Jawa Pos News Network, menjadi salah satu jaringan surat kabar yang terbesar di Indonesia dengan menerbitkan lebih dari 80 surat kabar, tabloid dan majalah ( hampir di tiap kabupaten/kodya, terbit koran lokal dari Jawa Pos Grup), mendirikan stasiun JTV di Surabaya, Batam TV di Batam dan Riau TV di Pekan Baru. Beliau juga mendirikan pabrik kertas di Jawa Timur dan Pembangkit Listrik Tenaga Uap di Embalut, Kalimantan Timur.

Kini pak DI memperoleh amanah sebagai Direktur Utama PT PLN (kalau tidak ada halangan beliau akan dilantik hari ini) menggantikan pak Fahmi Mochtar yang telah menjabat hampir dua tahun. Tentu amanah yang tidak ringan karena di samping beliau akan memimpin sebuah perusahaan dengan skala nasional dan mencakup hajat hidup seluruh rakyat Indonesia, juga karena latar belakang beliau yang bukan dari teknik kelistrikan. Meskipun begitu, pengalaman pak DI memimpin sindikasi bisnis medianya selama puluhan tahun dan juga sebagai direktur utama PT Cahaya Fajar Kaltim yang mengoperasikan PLTU Embalut, menjadi modal beliau dalam mengelola perusahaan listrik negara ini.

Tantangan terbesar pak DI ke depan adalah belum semua rumah warga negara dialiri listrik terutama di daerah-daerah terpencil di luar Jawa, pemadaman bergilir yang masih terus berlangsung, dan subsidi yang terus membengkak yang membebani keuangan negara.

Semoga pak DI bisa mengatasi tantangan tersebut di atas dengan sikap profesional yang selama ini dipegang teguh dalam menjalankan bisnisnya, sehingga pemadaman bergilir frekuensi dan areanya bisa dikurangi atau hilang sama sekali, makin banyak rakyat di seluruh pelosok tanah air yang bisa menikmati aliran listrik, dan bisa menghemat pengeluaran negara dengan mengurangi subsisdi listrik secara bertahap. Tidak lupa, semoga sikap merakyatnya dan bersahajanya pak DI bisa menjiwai manajemen PT PLN sehingga lebih empatif terhadap para pelanggan dari rakyat kecil. Tidak ada lagi PT PLN main putus sambungan bila pelanggan kecil ini telat atau menunggak membayar tagihan listrik.

Terakhir, selamat menjadi Dirut PT PLN, semoga PT PLN menjadi lebih baik di bawah kepemimpinan Anda.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun