[caption id="attachment_50874" align="alignleft" width="202" caption="null"][/caption]
Di negara kita, kasus apa sih yang tidak bisa dibesar-besarkan?
Apalagi gairah pers kita masih begitu besar meski romantisme kebebasan pers sudah sepuluh tahun lewat. Gairah ini tidak akan padam selama persaingan terus ketat. Persaingan dalam kecepatan pemberitaan, kedekatan ke sumber berita, perebutan kue iklan, rating dan segmen pasar. Sehingga untuk memenangi persaingan, pemberitaan yang bombastis pun terkadang perlu.
'Kasus' Bank Century pada awalnya seperti kasus yang tidak menarik, sebagaimana kasus normal yang terjadi saat krisis. Pun, DPR saat itu tidak mempermasalahkannya. Kasus ini mulai dimunculkan oleh DPR periode sekarang dengan bantuan kekuatan media. Publik jadi bertanya, ada apa? Apakah ini buah dari kemenangan PD sehingga memunculkan ketidakpuasan pihak yang kalah dengan menjadikan bailout BC sebagai alat untuk mendeligitmasi pemerintah sekarang?
Di sini pers berperan besar dalam menggiring opini publik sehingga masuk dalam perangkap pemilik modal, sesuai arah kepentingan dan afiliasi politiknya. Pemberitaan pers atas kasus bailout BC yang terus menerus dan massif benar-benar mengharu biru pikiran dan rasa psikologis masyarakat. Lelah. Entah kapan akan berakhir dan akan seperti apa.
Kasus BC yang sengaja dimunculkan ini, sebagaimana dikatakan Pak Prayitno Ramelan, Kasus Century, Sebuah Konspirasi Besar, adalah sebuah skenario besar, bila ditinjau dari sisi politik, yaitu memiliki agenda untuk mereposisi RI 2 karena presiden Sby memilih Boediono sebagai cawapresnya. Penunjukan Boediono telah mengecewakan banyak pihak, khususnya parpol menengah ke atas yang menginginkan tokohnya dapat duduk sebagai pendamping SBY (saya kutip lagi tulisan pak Pray). Jadi pengungkapan kasus ini bukan murni untuk menyelidiki legalitas pengucuran dana bailout BC. Lha, tahapan dan kebijakan bailout BC sudah tepat dan on the right track koq.
Lihat komentar para ahli dan pengamat,
- Perhimpunan Pendidikan Demokrasi (P2D), yang beranggotakan antara lain Rahman Tolleng, Todung Mulya Lubis, Rocky Gerung, Rachland Nashidik, Robertus Robert, HS Dillon,
"P2D menyatakan langkah bail out terhadap Century sudah benar jika dilihat dari segala aspek baik itu politik, ekonomi ataupun perundang -undangan.Justru kita seharusnya bersyukur dengan langkah tepat penyelamatan Bank Century November 2008 silam, karena kestabilan ekonomi yang kita rasakan sekarang di tengah resesi perkonomian dunia adalah "efek sistemik" dari bail out tersebut. Karena tujuan bailoutbukan menyelamatkan Century, tapi lebih luas lagi yaitu menyelamatkan perekonomian nasional" (lihat).
- Mirza Adityaswara
" penyelamatan Bank Century yang dilakukan pemerintah merupakan langkah tepat demi menyelamatkan sistem perbankan dalam negeri. "Soal Century itu keputusan untuk financial stability (kestabilan keuangan), demi semuanya dalam kondisi aman" (di sini)
- Agus Martowardoyo,
" secara pribadi maupun sebagai ketua IBI, yakin bahwa penyelamatan Bank Century sudah tepat untuk menghindari dampak lebih besar dari krisis moneter" (di sini).
- A. Tony Prasetiantono (Kompas, 14 Des 2009)
"Saya belum bosan untuk menuliskan lagi, mengapa kebijakan penyelamatan Bank Century sudah benar. Selain dilakukan saat perekonomian Indonesia terimbas turbulensi krisis finansial global, saya juga mencoba membuat perhitungan sederhana tentang opsi yang ada. Ada tiga skema yang bisa dihitung.
Pertama, yang sudah terjadi, Century diselamatkan (di-bailout) saat pemerintah tidak menjamin dana nasabah bank 100 persen. Ongkosnya, Rp 6,7 triliun.
Kedua, berapa ongkosnya jika Century tidak diselamatkan dan kita tidak memiliki blanket guarantee? Kita bisa perkirakan ongkos langsung, yakni biaya yang harus dikeluarkan untuk mengembalikan dana nasabah maksimal Rp 2 miliar per rekening. Sebelum terkena krisis, aset Century sekitar Rp 14 triliun, dengan dana pihak ketiga (simpanan masyarakat) sekitar Rp 9 triliun. Dengan asumsi ada nasabah yang memiliki Rp 2 triliun (versi lain mengatakan Rp 1,5 triliun), dan beberapa nasabah lain simpanannya di atas Rp 2 miliar per rekening, maka dana yang harus diberikan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) taruhlah Rp 6 triliun.
Itu berarti, jika Century ditutup, biayanya lebih murah karena Rp 6 triliun lebih kecil daripada Rp 6,7 triliun. Haruskah Century ditutup saja? Tunggu dulu. Angka Rp 6 triliun itu adalah biaya langsung. Masih ada biaya tidak langsung yang juga harus dikeluarkan. Nasabah-nasabah besar di atas Rp 2 miliar di bank-bank yang setara (peer banks) amat mungkin menarik dana karena panik. Artinya, 23 bank lain yang selevel berpotensi kolaps.
Jika kolaps, LPS harus mengeluarkan biaya besar guna mengganti dana nasabah. Meski sulit memastikan angkanya secara tepat, bisa diprediksi jauh lebih besar daripada Rp 6 triliun. Kombinasi antara ongkos langsung ditambah ongkos tak langsung diperkirakan lebih mahal daripada Rp 6,7 triliun"( Baca juga yang ini).
Kalaupun masih dipersoalkan, uang Rp 6,7 triliun yang digunakan untuk mem-bailout BC berasal dari uang premi bank peserta penjaminan di LPS. Dana di LPS per akhir Oktober 2009 sebesar Rp 16 triliun dan sesuai Pasal 2 UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, dana (aktiva) di LPS ini merupakan kekayaan negara yang dipisahkan (bukan merupakan aset negara). Jadi dana bailout bukan dari uang rakyat di APBN. Suntikan dana itu pun menjadi penyertaan sementara pemerintah di BC (pemerintah menjadi pemegang 99,99% saham BC).
Dan dana para deposan serta penabung di BC adalah hak mereka mau dikemanakan. Dipindahkan ke rekening di bank lain, atau diberikan ke keluarga atau disumbangkan ke panti asuhan, yayasan, atau menyumbang parpol, itu hak pemilik uang. Soal batasan parpol menerima sumbangan, itu urusan parpol dengan KPU dan ada aturannya sendiri.
Jadi,dari pada capek-capek ikut pusaran para politikus, mari lupakan politisasi kasus BC. Kembalikan penilaian kebijakan bailout BC dengan kondisi perekonomian yang melatarbelakanginya. Percayalah, pengambilan keputusan sudah mempertimbangkan berbagai hal yang mencakup kondisi perekonomian nasional, regional dan global yang saat itu sudah dalam kondisi krisis. Para ahli ekonomi pun sepakat bahwa pengambilalihan BC sudah tepat.
Sekarang saatnya kita fokus ke hal lain yang lebih penting untuk dipikirkan atau fokus saja pada bidang pekerjaan kita masing-masing demi kemajuan bangsa.
Salam,
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H