Mohon tunggu...
Ramdhan hunowu
Ramdhan hunowu Mohon Tunggu... Editor - Penulis

Penulis aktif

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Potret Keberagaman dan Toleransi Masyarakat yang Multikultural di Desa Toruot, Kabupaten Minahasa Selatan

26 Oktober 2024   20:29 Diperbarui: 26 Oktober 2024   20:49 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat ada kegiatan seperti pernikahan dan kedukaan, masyarakat di desa Torout akan saling membantu tanpa memandang suku, budaya  ataupun agama. Masyarakat desa Torout juga tetap menjaga tradisi "Mapalus", tradisi mapalus tersebut yaitu tradisi gotong royong dari suku Minahasa, akan tetapi tradisi ini juga dipakai oleh suku Mongondow dan juga ada beberapa suku yang ikut dalam tradisi mapalus di desa tersebut. Melalui tradisi ini kedua suku tersebut saling membantu dalam melakukan pekerjaan, mapalus ini menjadi simbol semangat kebersamaan dan saling tolong menolong di desa Torout.

 

Semuanya itu tidak terlepas dari para leluhur yang tetap menjaga dan melestarikan rasa toleransi dan kerukunan tersebut dari turun temurun dan terbawa sampai masa sekarang. Meskipun di era sekarang banyak sekali pertentangan yang ada, tapi rasa kerukunan yang ada di masyaratakat desa Torout tidak pernah hilang. 

Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi

Potret anak-anak Kristen dan Muslim yang rukun

Gambar tersebut menggambarkan toleransi antar umat beragama, terlihat anak-anak di desa Torout terlihat sangat bahagia meskipun mereka berbeda keyakinan. Akan tetapi, di masa sekarang gambar tersebut dapat menimbulkan pro dan kontra di antara masyarakat. 

Tetapi, itu tidak akan menghilangkan rasa toleransi dan rasa kerukunan di antara masyarakat desa Torout. Di desa tersebut ada sekolah yayasan Kristen yaitu "SD GMIM TOROUT", meskipun sekolah itu merupakan sekolah Kristen, mayoritas anak yang bersekolah di sekolah tersebut yaitu Muslim. 

Anak-anak tersebut sudah sedari dini diajarkan dan dikenalkan mengenai rasa toleransi agar ketika mereka sudah beranjak dewasa itu akan terbawa terus hingga dewasa, dan diharapkan mereka tetap menjaga kerukunan yang ada di desa itu.

Seorang warga desa Torout, A. Oroh berkata "Saya tumbuh dilingkungan yang latar budayanya berbeda-beda dan sejak saya kecil, saya sudah ditanamkan rasa toleransi dengan orang-orang yang berbeda budaya, agama, dan suku-suku yang ada di tempat saya tinggal. Dengan menjaga rasa toleransi itu kita bisa hidup berdampingan dengan damai". Rabu (9/10)

Suka dan duka telah di lewati oleh warga desa Torout, banyak perselisihan dan pertentangan di antara warga. Namun, itu tidak menjadi penghalang bagi masyarakat desa Torout dalam menjaga toleransi dan rasa persaudaraan.

Di antara keberagaman serta masyarakat yang multikultural yang ada, masyarakat desa Torout tetap menjaga kebudayaan dan kepercayaan masing-masing tanpa ada rasa dengki. Semoga dengan seiring berjalannnya waktu, desa Torout menjadi desa yang toleransinya yang semakin kuat dan saling menjaga satu sama lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun