Di negeri yang berlimpah kekayaan alam,
Terbentang luas sawah, hutan, dan lautan,
Namun di dalamnya, terdapat ironi yang menyayat,
Warga miskin hidup dalam kemiskinan yang memilukan.
Bagaikan tikus yang mati di lumbung padi,
Mereka terperangkap dalam lingkaran kemiskinan,
Tak mampu menikmati kekayaan yang melimpah,
Hanya menjadi penonton di negeri sendiri.
Rumah-rumah sederhana berdiri di pinggiran kota,
Menanti datangnya uluran tangan dari sang penguasa,
Namun, seringkali harapan itu hanya tinggal angan-angan,
Kemiskinan terus membelenggu, tak kunjung terlepas.
Anak-anak mereka terpaksa putus sekolah,
Demi membantu orang tua mencari nafkah,
Masa depan yang cerah harus terkubur dalam,
Akibat keterbatasan ekonomi yang tak kunjung usai.
Ironi yang menyayat hati, sungguh menyedihkan,
Di negeri yang kaya raya, kemiskinan masih merajalela,
Kesenjangan sosial yang semakin melebar,
Menghapus harapan warga untuk hidup sejahtera.
Sudah saatnya kita bersatu, bergotong royong,
Membangun negeri ini menjadi lebih baik,
Menghapus kemiskinan, mewujudkan keadilan,
Agar tak ada lagi warga yang hidup dalam ironi.
by : afifah mardhiah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H