Mohon tunggu...
Qosim Abdul Karim
Qosim Abdul Karim Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Siswa

Menulis

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Ironi Negeri Kaya Raya

15 Mei 2024   10:06 Diperbarui: 15 Mei 2024   10:12 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Di negeri yang berlimpah kekayaan alam,
Terbentang luas sawah, hutan, dan lautan,
Namun di dalamnya, terdapat ironi yang menyayat,
Warga miskin hidup dalam kemiskinan yang memilukan.

Bagaikan tikus yang mati di lumbung padi,
Mereka terperangkap dalam lingkaran kemiskinan,
Tak mampu menikmati kekayaan yang melimpah,
Hanya menjadi penonton di negeri sendiri.

Rumah-rumah sederhana berdiri di pinggiran kota,
Menanti datangnya uluran tangan dari sang penguasa,
Namun, seringkali harapan itu hanya tinggal angan-angan,
Kemiskinan terus membelenggu, tak kunjung terlepas.

Anak-anak mereka terpaksa putus sekolah,
Demi membantu orang tua mencari nafkah,
Masa depan yang cerah harus terkubur dalam,
Akibat keterbatasan ekonomi yang tak kunjung usai.

Ironi yang menyayat hati, sungguh menyedihkan,
Di negeri yang kaya raya, kemiskinan masih merajalela,
Kesenjangan sosial yang semakin melebar,
Menghapus harapan warga untuk hidup sejahtera.

Sudah saatnya kita bersatu, bergotong royong,
Membangun negeri ini menjadi lebih baik,
Menghapus kemiskinan, mewujudkan keadilan,
Agar tak ada lagi warga yang hidup dalam ironi.

by : afifah mardhiah

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun