Mohon tunggu...
Munif Mutawalli
Munif Mutawalli Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Sastra Asia Barat

Kebenaran akan terdengar di telinga - telinga yang mencarinya (thalabul haqq), kecuali orang - orang yang mencari pembenaran dan enggan untuk mencari kebenaran (jahil murakkab). Tugas kolektif (bersama) adalah menjaga kebenaran (dimanapun, bagaimnapun dan dari siapapun kebenaran tersebut), sebelum 'hoax' luas membumi dan 'kesesatan berpikir' nikmat menindas serta menghegemoni.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Filsafat vs Agama, Mungkinkah?

5 Mei 2024   21:56 Diperbarui: 5 Mei 2024   22:08 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Judul ini lahir atas kegelisahan serta keresahan, lantaran kerap kali keduanya, baik filsafat maupun agama dipertentangkan. Mungkinkah keduanya  bertentangan?

Sebelum mendalami judul di atas, kita mesti mendudukkan beberapa persoalan terkait filsafat dan agama. Ada yang mesti dibedakan daripada agama, yaitu agama secara murni atau ontetik yaitu yang dibawa oleh nabi, dengan agama sebagai tafsiran. Agama sebagai tafsiran diperankan oleh orang orang setelah nabi. Semua orang berusaha menafsirkan agama serta mendekati pemahaman yang dijelaskan oleh nabi.

Filsafat secara khusus berasal dari Yunani. Ditandai dengan berpindahnya orang orang dari mempercayai mitos menjadi mengandalkan logos. Secara umum, filsafat yang kecendrungan dipahami sebagai peggunaan akal secara maksimal, justru filsafat itu bermula semenjak munculnya manusia sebagai hewan yang berpikir atau semenjak akal manusia mulai teraktivasi. Disitulah akal mulai digunakan. Jadi, sebenarnya semua manusia berpotensi untuk berfilsafat, baik yang mendukung atau yang menolak/mengharamkan filsafat.

Dalam fenomena keberagamaan, filsafat sering dicurigai sebagai sosok yang menggantikan posisi wahyu atau yang mempunyai posisi yang lebih tinggi dibanding wahyu. Pertentangan ini dimulai ketika peradaban Islam mulai bersentuhan dengan peradaban lain seperti yunani, persia, atau romawi. 

Pemikir yang haus akan ilmu pada saat itu, menjelajahi dan mendalami naskah naskah dari luar, setelah itu mengadopsi ilmu yang dianggapnya senafas dengan ajaran Islam, termasuk salah satunya adalah filsafat. Itu mengapa, tidak heran ketika dahulu filosof muslim bukan hanya paham al Qur'an dan hadits tapi juga paham sains, matematika, sastra, musik, serta filsafat.

Filsafat juga biasanya dianggap sebagai formula penyesatan dan pemurtadan atau ajang menyebarkan paham ateisme. Biasanya orang yang dianggap demikian, ditandai dengan seringnya mempertanyakan segala sesuatu termasuk Tuhan, sumber sumber agama, dll. Apakah dikarenakan bertanya secara radikal filosofis seperti itu, sehingga filsafat diharamkan? Penulis pikir, itu alasan alasan yang tidak mempunyai konsekuensi logis. Saya punya pengaandaian:

"Karakter orang orang berfilsafat (bertanya secara radikal filosofis) itu seperti anak kecil. Anak kecil, yang belum mengetahui apa apa. Dan dengan pertanyaannya itu, justru membuka cakrawala baru pengetahuan."

Jadi, sangat sukar untuk menggolongkan filsafat dalam kategori 'lawan daripada agama'. Bagi penulis, justru filsafat membantu manusia mendalami agama. Tapi, filsafat uang dimaksud dsini adalah filsafat islam.

Perlu untuk diketahui bersama, justru Islam dalam hal ini Al Qur'an memberikan ruang untuk filsafat itu sendiri dengan memberikan dalil atau perintah terkait penggunaan akal. Jadi, sebenarnya hubungan antara filsafat dan agama justru sangat harmonis. Saling membutuhkan, filsafat digunakan manusia untuk mendalami agama, dan agama juga menyuruh untuk memaksimalkan potensi akal.

Adapula yang berpendapat bahwa Al Qur'an (agama) lebih di atas dibanding akal (filsafat), atau wahyu di atas Akal. Mungkin ada benarnya, karena Al Qur'an bukan hanya berada pada lingkup kebenaran akal, tapi juga kebenaran indrawi dan kebenaran hati. Jadi, jika kita mau proporsional menilai, pada tataran akal, sebenarnya tidak ada persoalan bahwa wahyu yang diatas dan yang dibawah adalah akal atau sebaliknya, justru keduanya jalan bersamaan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun