Ketika kepergianmu menyadarkanku.
Sesosok hati yang paling ingin kugenggam
ternyata kini hanya menyisakan dendam.
Maka, dengarlah aku bersaksi pada semesta
tiada lagi cerita tentang kita,
hanya luka,
luka.
Maka, pergilah!
Pergi dan berlarilah sepuasmu!
jangan lagi menengok dan mencemaskanku,
Tiada lagi yang tersisa, tiada lagi berasa luka perih yang telah kau tanamkan, telah kurawat dan kusiram dengan air mata yang kini lelah berlinang.
Manis,
Manis sekali diorama yang telah kau rencanakan.
hingga aku tertipu dalam kenaifan.
Hempaskan!
hempaskan semua kenang tentang kita,
Pecahkan!
Hancurkan!
dan akan kupastikan suatu saat nanti, perihal aku dan kepergianku, maka sesal akan bertamu disetiap pagi dalam pelupuk matamu.
Hingga nanti suatu saat takdir membawamu melihatku lagi, ditempat biasa kita sering bersama.
maka percayalah,
percayalah tiada lagi dirimu dalam hatiku.
karena semua akan tamat habis dan binasa saat kuhapuskan jejak yang kita pernah lewati berdua.
dengarkan!
dengar ini dan akan kunyanyikan dengan lantang bahwa akan kubalut semua dendam dan kebencian dengan amuk yang kuredam dalam kenyataan dan takdirku untuk melepas kepergianmu.
Berlarilah,
Berlarilah sampai jatuh tersungkur mati,
Aku tak lagi perduli.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H