Mohon tunggu...
Abu Muhammad Ibrahim
Abu Muhammad Ibrahim Mohon Tunggu... -

"Apa yang tersisi bagiku: satu hati yang letih dan pemberang; kehendak yang gelisah; sayap yang lemah; Tulang punggung yang patah" (Friedrick Nietzsche dalam Zarathustra"

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Syiah, Wahabi: Menjaga Indonesia

2 Mei 2012   04:21 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:51 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kalangan muslim Indonesia belakangan gencar melakukan ta'lim dan bentuk-bentuk kajian lain membahas sifat buruk aliran Islam Syiah. Berbagai video, artikel dan data-data lain yang menyudutkan Syia'ah gencar dilakukan sekalipun pertanggungjawaban akan data-data itu lemah dan cenderung provokatif. Kaum Muslim Indonesia sedang dan akan semakin menderita Syiah-phobia yang saya kira malah merugikan kita sendiri, merugikan Indonesia kita.

Kalangan pendakwah atau pembicara sosialisasi anti Syiah memang tidak lupa menyelipkan kalimat ''Tidak semua Syiah itu berbahaya'' atau ''Tidak semua Syiah itu radikal''. Tapi kalimat ini tidak dijelaskan lebih terperinci sehingga para jamaah hanya bisa mengaku: Syiah itu memang sesat.

Beberapa argumen utama yang menyudutkan Syi'ah antara lain (1) menuduh mereka identik dengan Yahudi; (2) menjadi sekutu Barat, (3) tradisi menyiksa diri dan anak kecil sampai berdarah diakui ''provokator'' Sunni sebagai cara mewariskan dendam pada Sunni tentang Peristiwa Karbala, dan; (5) menghina Sahabat Nabi Saw. seperti Umar, Usman dan Abu Bakar (radi Allahu anhum). Kata mereka, tiga sahabat itu merampas kursi kedudukan Ali ra. Sebagai Khalifah.

Provokasi-provokasi itu sudah saatnya ditengarai oleh Negara (pemerintah) bila tidak ingin terjadi perpecahan di Bumi Nusantara. Kita perlu tahu bahwa bahwa 'Syiah' membonceng  kepentingan Persia. Jadi persoalan ini bukan masalah keagamaan seperti yang kita kira. Lagi pula, ajaran-ajaran yang nyeleneh dalam aliran Syiah tidak diamini mayoritas kalangan Syiah sendiri. Konon, sama seperti ajaran Sunni, ajaran Syiah juga terpecah menjadi banyak golongan dan beberapa diantaranya memang jauh menyimpang dari Al-Qur'an dan Hadits.

Kita perlu tahu bahwa di Timur Tengah sejak dulu dihuni empat suku yakni Persia, Arab, Turki dan Bani Israil. Sejak dulu pula konfik antar suku ini terus berlangsung. Sangat sering mereka melibatkan agama dalam persoalan ini.

Kita musti ingat bahwa Bangsa Persia tidak pernah ditaklukkan oleh bangsa manapun, hatta Alexandre The Great sekalipun. Tapi mereka takluk oleh Umar Bin Khattab. Inilah yang membuat Persia marah pada Umar yang bangsa Arab; yang memang Persia tidak pernah suka pada Arab, yang memang satu sama lain keempat suku itu tidak saling menyukai dan saling memusuhi.

Kita juga perlu ingat bahwa runtuhnya kekhalifahan Islam terakhir, Usmani (Ottaman Empire) adalah berkan konspirasi Barat dengan bangsa Arab. Lebih jauh ke belakang, Bani Israil dendan pada Bangsa Arab yang pernah memperbudak mereka zaman Fir'aun.

''Provokator'' mengatakan Iran banyak memberi kontribusi pada AS untuk menaklukkan Irak dan Afghanistan. Alasan karena di Irak dan Afghanistan ramai orang Syi'ah adalah pembenaran mereka. Kita tahu bahwa Turki sangat banyak membantu AS dalam memerangi Irak, termasuk menyediakan landasan peralatan militer, penempatan prajurit dan lokasi penyerangan. Arab Saudi malah menyediakan pangkalan militer buat AS hingga hari ini. Negara-negara dan konglomerat Arab banyak menabung uang mereka di negara-negara Barat. Dari mana lagi bahan bakar mesin-mesin perang Barat dan Israel kalau bukan negara-negara Arab.

Kenapa kita lupa bahwa hingga hari ini Iran masih terus sudi memberi makan orang Palestina yang terus dilanda perang. Orang Indonesia harus berhenti berbicara aliran Sunni-Syiah. Kita tidak boleh terseret oleh fanatisme Timur Tengah. Bangsa kita tidak seperti mereka, kita tidak memelihara chauvanisme seperti mereka. Jawa, Sunda, Minang dan Dayak dal lainnya dapat hidup berdampingan tanpa dendam dalam Rumah Indonesia. Tapi Arab, Persia dan Turki tidak bisa hidup bersama dalam Rumah Islam. Ini bukti betapa sombongnya bangsa-bangsa Timur tengah.

Mari berhenti memprovokasi rakyat Indonesia. Manusia Nusantara adalah manusia yang lembut, toleran, tidak fanatik apalagi fanatisme kesukuan. Mari terus hidup damai dalam Rumah Indonesia; berhenti melibatkan diri ''kekeraskepalaan'' bangsa Timur Tengah yang jauh itu. Mari berhenti berbicara 'Syiah', 'Wahabi' dan lainnya, mari selamatkan Nusantara, mari menjaga Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun