Mohon tunggu...
Emir Yunus
Emir Yunus Mohon Tunggu... Auditor - Muslim; seorang anak, suami, sekaligus ayah.

Hanya seorang murid yang belajar di sekolah kehidupan; berharap lulus dengan nilai bagus.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Kebahagiaan x Kesenangan

24 Februari 2020   10:15 Diperbarui: 24 Februari 2020   10:22 989
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap orang ingin bahagia. Namun sayangnya, banyak orang tidak bisa membedakan antara kebahagiaan (happiness) dengan kesenangan (pleasure). Akhirnya, mereka salah alamat, yang mereka kejar adalah kesenangan, bukannya kebahagiaan.

Padahal, kebahagiaan berbeda dengan kesenangan. Kesenangan itu bersifat sementara (short term), cepat sekali hilang, sedangkan kebahagiaan lebih langgeng (long term), bahkan seumur hidup, bahkan setelah mati pun, masih akan bahagia di alam sana.

Orang-orang yang mengejar kesenangan (yang disangka kebahagiaan), akan sangat lelah menjalani hidup ini. Bagaimana tidak?! Begitu dia berhasil mendapatkan kesenangan, punya hape baru misalnya, hanya dalam hitungan hari bahkan jam, rasa senang itu hilang lagi atau habis.

Akhirnya, dia mencari lagi kesenangan lain, beli hape baru lagi, atau barang baru yang lain.. Senang sebentar, hilang lagi, cari lagi.. Begitu seterusnya tidak akan ada habisnya. Tidak akan terpuaskan. Tidak akan bahagia.

Orang yang salah mengira kebahagiaan adalah kesenangan tadi juga jadi tidak mau merasakan selain rasa senang; tidak mau sedih, tidak mau takut, tidak mau marah. Mereka hanya mau senang. Titik! Padahal rasa-rasa selain rasa senang itu pasti akan ada, bahkan itu adalah tanda bahwa kita masih manusia.

Sedangkan konsep kebahagiaan itu bukan berati setiap hari bahkan setiap jam setiap menit senang terus. Orang yang benar bahagia, tetap bisa sedih, bisa takut, bisa marah. Tetapi meskipun sedih takut marah, mereka tetap bahagia. Contoh misalnya orang yg sakit, dia tentu sedih. Tidak ada orang yang senang sakit. Tetapi meskipun sedih, dia tetap bahagia, karena dia tau persis, yakin bahwa sakitnya itu merupakan bentuk kasih sayang Allah kepadanya. Dengan sakit tersebut, dosa-dosanya akan diampuni.

Jadi, secara sederhana kebahagiaan itu adalah sebuah lingkaran yang lebih besar dari lingkaran kecil-kecil di dalamnya berupa rasa senang, sedih, takut, marah, dan rasa-rasa yang lain yang pasti silih berganti tetapi tetap di dalam lingkaran besar kebahagiaan tersebut. Pastikan yang kita kejar adalah lingkaran besar kebahagiaan tersebut bukan lingkaran kecil kesenangan. Karena jika yang dikejar adalah lingkaran kecil kesenangan, maka lingkaran besar hanya akan menjadi ketidakbahagiaan.[]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun