Laki-laki adalah pemimpin bagi wanita. Suami adalah pemimpin bagi istri dan anak-anaknya. Kepemimpinan ini sering diartikan secara sempit hanya soal memenuhi kebutuhan materi saja: sandang, pangan, papan. Padahal, ada yang lebih penting dari itu: pendidikan.
Rumah tangga adalah sekolah pertama dan utama (madrasatul ula). Anak-anak adalah muridnya. Ibu/istri adalah gurunya. Dan ayah/suami adalah kepala sekolahnya. Seorang suami wajib mendidik anak & istrinya. Pendidikan yang dimaksud bukan matematika, IPA, IPS, dsb, akan tetapi pendidikan tentang kehidupan. Ilmu tentang menjalani hidup ini dengan baik.
Seseorang yang tidak punya tidak dapat memberi. Begitupula, seorang suami yang tidak memiliki bekal ilmu, dengan apa ia akan mendidik anak & istrinya?! Ada dua kemungkinan. Satu, ia lari dari tanggung jawabnya untuk mendidik keluarganya, dengan kata lain, ia tidak mendidik mereka sama sekali. Dua, ia mendidiknya dengan sembarangan tanpa dasar yang jelas.
Salah satu yang menentukannya keberhasilan / kegagalan sebuah rumah tangga adalah pendidikan. Jika pendidikan di rumah tidak jalan, apalagi ditambah dengan kebutuhan materi yg juga tidak berjalan lancar, maka akan serba sangat sulit.
Sebaliknya, jika pendidikan di rumah kokoh, walaupun kebutuhan materi tidak selalu tercukupi, dasar pendidikan rumah tangga yg baik tsb akan mampu mengatasinya.
Rumah adalah sekolah yg pertama & utama. Anak-anak adalah muridnya. Ibu adalah gurunya. Ayah adalah kepala sekolahnya. Ayah adalah pemimpin di sekolah itu. Ibu adalah pemimpin di kelas.[]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H