Mohon tunggu...
Abu Maqil Suratno
Abu Maqil Suratno Mohon Tunggu... Guru - Sang Pembelajar

Belajar menjadi sang pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Diary

Bekal

17 November 2022   15:59 Diperbarui: 17 November 2022   16:08 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pagi ini Hamiz dan Izwar ikut kami ke sekolah karena kami akan melakukan pembagian rapor. Sudah sejak semalam kami sampaikan bahwa mereka harus bangun pagi agar kita tidak terlambat. Alhamdulillah mereka mengerti dan paginya tidak perlu drama-drama seperti hari-hari biasanya.


Kemarin saya beli pisang molin satu tandan yang berisi 3 sisir. Pisang molin merupakan jenis pisang yang berkuruan kecil yang rasanya sangat manis. Saking kecilnya ukuran pisang ini, orang dewasa bisa sekali suap untuk satu buah. Mungkin jenis pisang ini memiliki nama lain jika di daerah lain. Saat beli hanya satu sisir yang sudah masak dan siap dimakan.

Sebelum berangkat ke kuttab, saya mengambil dua buah pisang molin yang sudah masak sisa makan kemarin. Masing-masing saya berikan ke Hamiz dan Izwar. "Ini bekal kalian ke kuttab ya" sambil saya memasukkan pisang mungil itu ke saku mereka.

***

Bekal diartikan sebagai sesuatu yang disediakan untuk digunakan dalam perjalanan atau sesuatu yang dapat digunakan kelak apabila perlu atau bisa diartikan modal. Bekal dalam bahasa inggris yaitu provision.

Hamiz dan Izwar memiliki bekal pisang untuk dibawa ke sekolah. Jika merasa lapar mereka bisa memakan bekal pisang yang sudah mereka siapkan. Bekal identik dengan persiapan. Tidak ada bekal jika tidak dipersiapkan sebelumnya.

Pembahasan ini menarik jika dikaitkan dengan bekal dengan arti lebih luas. Tentang kehidupan yang juga perlu bekal. Kita meyakini bahwa akan ada kehidupan setelah kematian kita. Kehidupan yang kekal yang disebut akhirat. Dan kita juga meyakini bahwa setiap yang hidup dan bernyawa pasti akan mati. Kehidupan setelah mati merupakan fase dimana kita akan mempertanggungjawabkan setiap apa-apa yang sudah dilakukan ketika hidup di dunia. Kebaikan akan mendapatkan balasan kebaikan dan begitu juga sebaliknya. Untuk mendapatkan kebaikan atau kenikmatan di kehidupan setelah kematian kita, maka kita harus mempersiapkan diri dan berbuat baik selama hidup di dunia sebagai bekal di akhirat. Agama sudah mengajarkan kepada kita apa-apa saja yang bisa menjadi bekal di akhirat. 

Ketaatan kepada Rabb kita dan sunnah dari Rasulullah merupakan bekal utama kita. Jika kita mengamalkan yang Allah perintahkan dan Rasul contohkan, kemudian kita menjauhi apa yang Allah dan Rasul-Nya larang, maka Insya Allah kita memiliki cukup bekal. Ternyata bekal di kehidupan setelah mati bukanlah materi, walaupun ketaatan kita kepada Allah dan Rasul terkadang menerlukan materi.

Carilah bekal sebanyak-banyaknya selama kita masih punya kesempatan untuk kehidupan akhirat kita yang kekal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun