Mohon tunggu...
Fairuz Abu Macel
Fairuz Abu Macel Mohon Tunggu... -

Jenaka tapi Bermakna

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Menerabas Negeri Kanguru

8 Oktober 2013   12:10 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:50 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13812089251061566117

Pendidikan Politik dan Pusat Wisata

Ruang sidang Parliament House Canberra itu dipadati anak-anak sekolah. Ada yang duduk di kursi depan sebagai pimpinan sidang dan lainnya duduk dengan formasi setengah lingkaran. Beberapa guru terlihat mendampingi, sementara pegawai parlemen atau pegawai sekwan memberi penjelasan. Pendidikan politik di negeri itu dimulai sejak dini.

Sehari setelah pelantikan Tony Abbot sebagai Perdana Menteri (18/9), peserta belajar dari Indonesia mengunjungi Parliament House yang berlokasi di Capital Hill Canberra. Dipandu Jhon Ravlic, Chiev Executive LGMA National serta didampingi Marlisa Soepeno dari Kemenlu RI, peserta mendapat penjelasan cukup detail. Inilah pembelajaran praktis yang didapat peserta untuk mengetahui langsung proses pengambilan keputusan pada tingkat legislasi.

Diatas tanah seluas 32 hektar berdiri megah gedung parlemen baru atau New Parliament House dengan luas bangunan mencapai 7,5 hektar. Terletak dibelakang gedung lama atau Old Parliament House yang kini dijadikan museum dan ramai dikunjungi.

Di Museum Old Parliament House yang dibangun tahun 1927 para peserta menyaksikan setiap ruangan yang masih utuh hingga peralatan kerja yang tersimpan apik. Mesin ketik dan meja tua serta kertas catatan tangan para anggota parlemen masih terlihat jelas.

Setiap ruangan dimasuki, mulai dari ruang sidang Lower House – setingkat DPR atau The House of Representatives chamber hingga ruang sidang Upper House atau The Senate Chamber. Meja kursinyapun masih terawat baik. Banyak orang berdatangan kesana. Persertapun ikut bergantian memegang tongkat seperti senjata Gajah Mada yang selalu digunakan sebagai pertanda dimulainya sidang.

Demikian juga dengan di gedung New Parliament House yang mulai digunakan tahun 1988. Para peserta berkeliling hampir diseluruh area hingga ke puncak gedung. Disana terlihat bendera Australia berdiri diatas tiang setinggi 85 meter dengan berat bendera 25 kg.

Anggota palemen bekerja dari Senin hingga Kamis. Setiap hari mereka berada di area gedung dan menerima kunjungan masyarakat dalam situasi yang santai. Husus untuk anak sekolah diberikan makan siang, saat itu pula anggota parlemen menyapa mereka dan terlibat dalam diskusi.

Pemerintah Australia memang menyediakan anggaran untuk pendidikan politik sejak sekolah tingkat dasar. Pelajar sekolah dibiayai untuk datang ke gedung parlemen didampingi guru. Setelah mendengar penjelasan dari pegawai parlemen, langsung praktik sidang. Tentu saja saat sidang tak berlangsung.

Jika ada sidang pengambilan keputusan, para anggota parlemen diberi waktu 4 menit untuk menuju ruang sidang, jika terlambat pintu tertutup otomatis. Karenanya terdengar alarm berbunyi pertandan sidang dimulai. Bunyi alarm itu berpusat dari 3500 jam dinding yang terpasang di seluruh area gedung.

Saat sidang berlangsung, tak hanya masyarakat Australia saja yang diperkenankan mengikuti, para wisatawanpun diberikan tempat untuk melihat jalannya sidang. Sedangkan untuk anak sekolah disiapkan ruang kaca yang kedap suara di lantai atas. Namun saat kunjungan sedang taka da agenda sidang.

Lain di Canberra lain pula pengalaman peserta di Di Brisbane. Di ibu kota Negara Bagian Queensland - setingkat pemerintah provinsi, peserta ikut menyaksikan jalannya sidang di gedung tua yang didirikan tahun 1860 dan hingga kini masih digunakan.

Warna merah pada lantai karpet dipadu dengan warna kuning keemasan disetiap dinding dan tiang penyangga, menambah kesan klasik saat menaiki tangga menuju balkon. Tak boleh bawa tustel, telpon cellular dimatikan dan tas ransel disimpan di ruang security.

Satu persatu peserta belajar memasuki ruang sidang melalui pintu x ray bersama masyarakat lainnya. Petugas keamanan meniliti setiap orang yang masuk ke ruang sidang dengan peralatan walktrough.

Saat itu sedang berlangsung sidang yang dihadiri 10 orang dari Partai Oposisi dan 70 orang dari Partai Pemerintah serta beberapa orang dari partai kecil.

Jhon Ravlic menjelaskan, Mereka sedang membahas yudicial review Peraturan Perundangan yang diajukan pemerintah. Formasi meja kursi melingkar. Ada dua kursi di belakang setiap meja. Microphone di atas meja dan terlihat satu buah telepon kabel menempel di samping bawah meja.

Pimpinan sidang didampingi dua staf ahli yang bukan anggota parlemen. Ada 2 orang notulen rapat berada di depan pimpinan sidang saling berhadapan antar notulen lain yang dilengkapi peralatan komputer. Sementara staf ahli lainnya yang berasal dari tenaga profesional berada di belakang pimpinan sidang. Seluruh hasil sidang dapat diakses dengan mudah oleh masyarakat.

Jhon Ravlic juga menjelaskan, sebelum palu diketuk untuk pengambilan keputusan, anggota parlement memberi kesempatan kepada staf ahli atau tenaga profesional itu untuk menyampaikan pendapatnya di hadapan sidang.[]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun