Mohon tunggu...
Fairuz Abu Macel
Fairuz Abu Macel Mohon Tunggu... -

Jenaka tapi Bermakna

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ndak Suka Lapar

16 Juli 2013   14:38 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:28 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

“Dimana semua sama saja. Yang membedakan hanya pemahaman kita terhadap sebuah perbedaan. Demikian juga dengan istilah membantah. Bagi anak pesantren, cara membantah atau menolak atau berkata tidak, punya metode tersendiri.” Jawab Abu Macel.

Kecerdasan seseorang justru terukur manakala ia mampu menyelami perasaan orang lain bahwa sesungguhnya ia tak disukai, ia tak dipahami atau ia tak dituruti, tanpa harus mengucapkannya dengan bahasa verbal. Seorang guru, dosen maupun pengajar bahkan pemimpin sudah harus dapat memahami bahwa ia sudah tak didengarkan lagi, sudah tak dipahami lagi, atau ia sudah tak lagi dinilai bisa memimpin.

Mengapa demikian? Ini soal kemampuan mengelola rasa dari energi positif dan sering dianggap tak logis oleh kaum modern. Disinilah kemampuan keilmuan seseorang diuji ketika ia mampu melogikakan energinya kedalam perilaku tanpa harus bicara.

Mr. Adam terus manggut-manggut, entah mengerti entah tersinggung, yang jelas Ia terus menulis semampunya untuk menangkap maksud Abu Macel hingga ahirnya sampai pada pembicaraan tentang cara berpikir soal konflik.

Damai itu ada jika kita saling menahan diri. Puasa inilah yang mengajarkan setiap orang untuk menahan diri untuk mengerjakan sesuatu yang tak disukainya dengan ihlas. Dengan demikian konflik yang disebabkan oleh perut dan sejengkal dibawah perut bisa diatasi.

Pada prinsipnya Abu Macel ndak suka puasa. Tak suka zakat.

Maksudnya….?

Siapa sih yang suka lapar? Siapa sih yang mau membagi rezeki dari hasil keringatnya? Ndak ada kan? Itu manusiawi.

Mengapa tetap dilakukan?

Inilah caranya melatih keihlasan. Jika ihlas melaksanakan perintah yang disukai, itu sih biasa. Tak ada tantangan. Tapi ketika melaksanakan perintah yang tak disukai dengan keihlasan, itulah perjuangan.

Perjuangan kata lainnya adalah Jihad dan hanya orang-orang beriman saja yang mampu berjihad dengan ihlas. Itulah sebabnya perintah puasa ditujukan hanya kepada orang beriman. Dan hanya orang beriman yang berpeluang untuk meraih taqwa. Itulah yang diburu oleh para penempuh puasa, la’allakum tattaqun. []

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun