Padahal Kebanyakan yang saya jumpai adalah orang rakus daripada yang gemar bersadakah. Padahal kebanyakan orang serakah daripada yang gemar berbagi. Padahal kebanyakan orang merasa pintar, tinggi hati, kepalanya mendongak, yang lainnya salah hanya dia yang suci. Daripada yang pintar merasa, rendah hati dan selalu berprasangka baik.
Padahal masih banyak yang ingin saya tulis dari suara rintihan sahabat yang kelaparan, saudara yang sengaja dilaparkan, dimiskinkan, dipinggirkan oleh system Abu Jahal modern. Padahal masih banyak teman yang tak memperoleh pekerjaan ahirnya terpaksa mencuri demi sesuap nasi anak isterinya. Teman lainnya yang tak kunjung diangkat menjadi pejabat padahal ia sudah terlibat membantu kawannya menjadi kepala daerah pada pemilukada yang lalu. Tapi saya tetap menahan diri.
Padahal masih banyak yang saya harus padahalkan dan harus saya tuliskan dari kawan saya yang pengusaha dan belum juga dapat proyek, yang sopir dan belum dapat penumpang, yang pedagang dan selalu merugi, yang sakit hati karena dikalahkan, yang menang tapi sombong, yang bisa berbagi hanya untuk kelompoknya, yang ngerumpi karena belum dapat bagian. Tapi saya tetap menahan diri.
Namun karena malam bergerak larut, sahur sudah menjelang, mata mengantuk dan saya harus menahan diri, ahirnya saya akhiri tulisan yang tak merdeka ini.
Kemudian dengan kerendahan hati saya meminta kepada semua yang membaca tulisan ini, untuk membimbing dan menolong agar bisa menyuarakan kerinduan saya di bulan Ramadhan dan bulan Agustus ini untuk berkata bahwa, berpuasalah sepanjang tahun sebab merdeka itu ada jika kita saling menahan diri. []
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI