Agama sebagai sumber nilai dapat merubah alam menjadi suatu sumber kehidupan yang memiliki dampak positif juga dampak negatif, tergantung pelaku dapat mengarahkannya ke sisi mana. Sebagai ungkapan rasa tanggung jawab, beberapa ahli pikir mengambil Islam untuk digunakan nilai dan normanya untuk memecahkan masalah kehidupan makhluk yang ada di bumi.
Sebagai manusia tak luput dengan interaksi serta korelasi dengan lingkungan sekitarnya, yang di dalamnya terdapat berbagai makhluk hidup lainnya. Lingkungan hidup dengan Islam mempunyai keterkaitan satu sama lain. Dipandang dari sudut pandang teologi Islam, lingkungan hidup ada berdasarkan ciptaan Allah SWT. Keberadaan alam yang sistematik ini mengarahkan kesadaran manusia untuk menghayati dzat wujud, keesaan dan kemurahan Allah SWT.
Prinsip amar ma’ruf nahi munkar merupakan cara terbaik untuk menanggapi problematik kerusakan lingkungan, mengingat kerusakan lingkungan sebagian besar disebabkan oleh oknum manusia yang tidak bertanggung jawab. Kebakaran hutan, penebangan liar, pencemaran air, tanah, dan udara merupakan bukti nyata dari kualitas lingkungan hidup yang semakin menurun.
Di bumi nusantara ini sebagian masyarakatnya memeluk agama Islam, hal itu sangat menguntungkan apabila penerapan prinsip amar ma’ruf nahi munkar secara optimal dalam rangka upaya pelestarian lingkungan hidup. Masyarakat dapat mengambil moral dan nilai spiritual dalam proses interaksi sesama makhluk hidup. Dengan begitu kesadaran akan adanya hak-hak makhluk hidup yang sangat perlu diperhatikan.
Amar ma’ruh nahi munkar adalah salah satu nilai Islam yang memiliki arti memerintahkan pada kearifan atau kebaikan dan mencegah pada kemungkaran atau perusakan. Apabila dipadukan dengan upaya pelestarian lingkungan, maka perusakan alam sedikit demi sedikit dapat memudar serta digantikan dengan perbaikan dan pemeliharaan lingkungan hidup. Lingkungan hidup adalah suatu kesatuan ruang yang di dalamnya mencakup daya, keadaan, makhluk hidup serta interaksi yang ada.
Masih banyak perilaku manusia sekarang yang selaras dengan antroposentris. Antroposentris merupakan suatu paradigma yang berpandangan bahwa manusia sebagai objek utama dalam tatanan kehidupan dan mempunyai nilai, sementara alam sebagai alat pemuas kebutuhan manusia. Kesalahan cara pandang paradigma antroposentrisme ini akan berdampak pada perusakan alam yang disebabkan oleh manusia yang berlebihan dalam memanfaatkan alam.
Cara pandang yang salah tersebut harus segera diganti dengan prinsip dan pandangan yang lebih baik, amar ma’ruf nahi munkar sangat cocok dan membantu pencegahan dari kerusakan alam. Sebagai muslim sepatunya kita menjalankan apa yang telah Allah SWT perintahkan. Allah SWT berfirman dalam surat Ali Imran ayat 110 yang artinya “kamu umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah kepada yang munkar, dan beriman kepada Allah, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik”.
Namun apa daya, realitas yang terjadi sekarang ini justru memprihatinkan, banyak masyarakat mengaku dirinya sebagai Islam namun tidak menjalankan tuntunan agama dengan semestinya. Annadhofatu minal iman, kata mutiara yang tidak asing ditelinga kita saat mendengar kalimat tersebut. kebersihan sebagian dari iman, namun bukannya kebersihan yang dilakukan manusia melainkan pencemaran yang terjadi dilingkungan kita.
Kata mutiara tersebut seakan-akan hanya menjadi pajangan yang ditempel di sekitar tempat yang kotor tanpa mengaplikasikan nilai yang terkandung. Banyaknya pencemaran yang timbul oleh umat manusia yang termasuk juga muslim, muncul pertanyaan apa hakikat iman dan dimana iman muslim sekarang jika menengok kata mutiara annadhofatu minal iman?
Iman tidaknya seseorang dapat dilihat dari perilaku yang manusia lakukan. Manusia yang beriman dengan sendirinya akan patuh terhadap syariat yang diamanatkan oleh Allah SWT terhadap manusia. Namun bukan berarti manusia yang melakukan perusakan tidak beriman, tetapi hanya saja kadar keimanan mereka masih rendah. Tan dapat dipungkiri keimaman manusia yang ada dibumi tidak seluruhnya beriman secara optimal, melainkan ada masyarakat yang masih mufsid perilakunya dalam kehidupan masyarakat.
Sebagaimana yang kita ketahui bahwa manusia diciptakan di muka bumi sebagai khalifah. Hal itu berdasarkan firman Allah SWT disurat Al baqoroh ayat 30 yang artinya “dan ketika tuhanmu berfirman kepada malaikat, sesungguhnya Aku (Allah SWT) manusia dibumi sebagai kholifah. Manusia memiliki kemampuan untuk mengatur tatanan kehidupan dilingkungannya, akan dikemanakan lingkungan hidup mereka tergantung pada tindakan yang dipilih manusia itu sendiri.