Mohon tunggu...
Abu Kemal
Abu Kemal Mohon Tunggu... Pensiunan -

- 33 : 70-71

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

(maaf) Bisu Tuli Asli, tapi ngamen.

3 September 2011   00:12 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:17 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Aku tiga kali seminggu ke luar kota dengan bus umum AKDP (antar kota dalam propinsi), biasanya aku pilih bus  yang di kaca depan tertempel tulisan besar "AC tarip biasa", artinya bus ber AC taripnya normal bukan bus Patas, murah dan  ber AC lagi, pilihan yang logis khan. Bus biasa artinya siapapun boleh naik/turun, sesuai kebutuhan penumpang. Tidak terkecuali para pedagang dan pengamen, yang bebas naik dan turun saat bus berhenti di jalan.

Cara mengamen modus baru yang saya jumpai antara Krian-Jombang (Jawa timur)  ini  bergaya mencari sumbangan. Ketika bus berhenti menaikkan penumpang di jalan, pengamen ikut naik, lalu membagi amplop pada setiap penumpang. Diamplopnya tertulis "saya bisu tuli asli, minta sumbangan untuk menghidupi keluarga saya dengan tiga anak dan istri, semoga amal anda bla bla bla . . . . . . . .". Setelah amplop terbagi, kemudian pengamen tadi "menyany", biasanya dengan iringan tepuk2 tangan atau alat ecek2. Karena bisu tuli (asli), maka yang tersaji tentunya bukan alunan lagu tetapi hanya suara : " akh . ukh  . .khuk . .. chekg, kherg.  . . . . . ." yang (maaf) sangat tidak kita mengerti artinya dan tentu tidak ada unsur  menghibur nya. Beberapa penumpang yang merasa iba biasanya  tidak segan memasukkakn uang "sumbangan" ke amplop, tetapi bagi  penumpang seperti ku  yang hampir tiap hari menghadapi kejadian seperti ini ada kalanya memberi ada kalanya tidak, dan kami  ber-tanya2, benarkah mereka  "asli".

Saya perhatikan"'cara baru" pengamen "bisu tuli asli" ini mulai  ada kira2 baru setahun terakhir ini,  mulai ada dan banyak kalau tidak boleh menyebut "musim". Karena banyak inilah yang membuat penumpang ber-tanya2 , memang "asli" kah mereka, atau . . . . . . . . . . . . . . . . . . sulit untuk tidak mengatakan bahwa mereka "tidak asli".

Rupanya jaman sulit ini, orang harus kreatif untuk agar tetap hidup, dan kita tahu bahwa saudara2 kita pengamen melakukan "asli/tidak asli" ini pasti bukanlah cita2 mereka.  Hanya saja kami kadang berfikiran bahwa yang mereka lakukan hanyalah  cara gampang2an untuk  mendapatkan  fulus, bayangkan bisu tuli "asli lagi", tetapi ngamen, sungguh tidak rasional. Entahlah, melihat pengamen yang dari kehari wajah2 itu2 saja yang muncul, kadang membuatku  enggan  memasukkan "sumbangan" ke amplop mereka. "Mohon maaf ya mas".

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun