Mohon tunggu...
Abu Kemal
Abu Kemal Mohon Tunggu... Pensiunan -

- 33 : 70-71

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Arogansi Tiada Henti

24 Desember 2011   07:57 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:49 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Kejadian  tidak lucu sekaligus ironi, maka tidak dipost di  threat humor.

Kamarin sore, di trafficlight  per empatan Jalan Kendangsari (Surabaya), ke arah Tenggilis lampu nyala merah. Dilajur kiri, semua  kendaraan berhenti, salah satunya motor bebek hitam berhenti  paling depan,  berhenti offside nylonong 2 meter dari garis stop. Dari penampilan nya terintip ridersnya patut dapat dikira sebagai tentara, celana dan jacket doreng, sepatu lars  hitam khas tentara, ada ransel/backpack hijau  lekat dipunggung, helm biru, berkacamata hitam.  Macho man!

Tak lama berhenti, dari belakang terdengar sirine dari mobil Ambulance meraung-raung minta kendaraan didepannya minggir memberinya  jalan. Semua kendaraan  di lajur ini menepi kekiri, kecuali motor "tentara"  tadi,  dia bertahan tak mau minggir meski bember depan mobil  ambulance sudah hampir menyentuh spakbor belakang motor hitam itu. Beberapa orang beriniatif membunyikan klakson mengingatkan agar pak tentara mau sedikit menepi, tetapi dasar . . . . . . . (entahlah . . . . harus dibilang apa) beliau tetap saja seperti  tak mendengar segalanya dan tetap berhenti di tempat. Satu orang, turun dari ambulance, dengan sedikit eyel2an dengan terpaksa pak tentara akhirnya mau juga beringsut sedikit, dan ambulance   bisa lewat pelan2 disamping  motor pak tentara.

Dari tempatku berhenti, terdengar umpatan2 tanda  kemarahan dari bibir pak tentara yang ditujukan kepada crew  ambulance. Masyaalloh. tega2nya ber arogansi hanya untuk menunjukkan betapa hebat dan perkasanya beliau sebagai tentara. Dia lupa, bahwa kelak kalau "beliau" sakit atau mati (maaf pak)  pasti butuh diantarkan ambulance  ketempat "tujuan". Memang nya beliau mau berjalan  sendiri  "kesana", ah malah akan aneh dan  bikin orang takut.

Apa  yang bisa dipetik dari kejadian ini, yang jelas  tempat pendidikan yang meluluskan pak tentara ini  sudah gagal sebagai institusi pencetak tentara. Atau pak tentara ini pantas "sekolah lagi"  untuk merenovasi karakter prajuritnya. Atau pak tentara ini pantas diberhentikan dari  tentara, karena telah menyalahi Sapta Marga dan Sumpah Prajurit (masih ada khan).

Tidak lucu, seperti aku bilang di awal tulisan, bagaimana menurut anda ?


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun