abu kemal :
Siapa yang pandai menjual harapan, dialah yang akan leading dalam bisnis, begitu antara lain pernah dikatakan oleh pakar bisnis negeri ini (maaf tidak  menyebut nama, kawatir  dikira  ada apa2 sama pak pakar bisnis itu).
Sadar atau  tidak, kalau kita perhatikan iklan di sekeliling, baik di koran, majalah, poster, baliho atau (apalagi) yang di televisi, hampir  semuanya yang ditawarkan atau yang dijual adalah  harapan. Karena harapan adalah sesuatu yang paling  dikejar  orang, dan harapan adalah sesuacu yang tak bisa diukur, invinity, tak terbatas, bagaikan mimpi di-awang2.
Harapan hidup sehat, harapan hidup nyaman, harapan hidup serba mudah, bergengsi, harapan bergaya (seperti)  orang kaya dan sebagainya pokoknya sekarang hampir semua iklan menjual  harapan2. Dan itu sah2 saja, karena memang peluang semuanya ada di ceruk itu.
Iklan bank, yang dulu  bersaing  hanya menjual kredit serta menawarkan bunga tabungan tinggi,  kini yang dijual adalah life style, gaya hidup. Menjanjikan semuanya  serba mudah, bertransaksi  apapun mudah, bisa m-banking, bisa internet banking dan semacamnya. Hidup serba mudah,  sekarang cukup kilak kulik handphone, kalau perlu sambil leyeh2 dikamar ataupun sambil nagkring diatas closet  kita bisa belanja apa saja, transfer uang ke sanak family ataupun rekan bisnis  yang jauh di sana, membayar tagihan listrik, air, kartu kredit, bayar kuliah anak, bahkan  beli apartemen, beli mobil, motor, sampai belanja keperluan dapur, semuanya bisa. Penawaran suatu gaya hidup yang dulu tak terbayangkan, sekarang seakan dalam genggaman.
Iklan mobil type sejuta umat, MPV, sekarang yang ditawarkan adalah  bahwa mobil ini  dapat mengantar keluarga berwisata, bercengkerama bersama, atau sebuah city car yang menawarkan gaya hidup profesional muda yang dinamis, iklannya  sekarang hampir tak lagi menyebut  mobil yang fully safety, tetapi fully gengsi.
Minuman bersoda, iklannya  sekarang adalah  menjual  keceriaan masa muda,  digambarkan  serasa nyemplung (kolam) air yang suwejuk. Iklan  obat pemutih kulit (untuk perempuan), yang ditawarkan adalah janji harapan  bahwa "kalau kulitmu lebih putih, kamu akan lebih di lirik cowok". Meski sepertinya khusus  yang ini tak berlaku bagi Agnes Monica yang lebih suka mencoklatkan kulitnya tinimbang memutihkannya, dan nyatanya AgMon tetep jadi perhatian  dimana-mana.
Iklan rokok, yang di tivi tayangnya  diatas jam sepuluh malam itu, yang di jual adalah "sang pemberani", "pribadi yang sukses" dan seterusnya, yang di dunia nyata sebenarnya sama sekali tak ada hubungannya dengan mengisap asap nikotin itu,  iklan rokok sekarang sudah tidak lagi menyebut rokok yang sedap berselera seperti iklan2 rokok jadul. Khusus rokok, malah sudah banyak iklan  rokok yang  sama sekali tak nyambung dengan dagangannya, iklan2 semacam ini biasanya dilakukan oleh produk yang sudah sangat yakin dikenal pasar, sehingga iklan mereka sebenarnya hanya  bermaksud seperti setor muka saja, supaya keberadaannya tak dilupakan masyarakat, bahwa rokok tersebut tetep "ada", seperti "wani piro", "kasus korupsi hilang", "bukan basa-basi",  dan sebagainya.
Dari semua barang yang di iklankan  itu, yang paling tunjek poin (Tukul style, to the point)  cara menjualnya  adalah  obat kuat/ minuman suplemen penambah enerji, yang biasanya diperuntukkan bagi para lelaki dewasa. Skenario  menjualnya sudah dimulai sejak minuman2  tersebut belum beredar, yaitu sejak mendisain/membuat  merk  minuman  penambah tenaga itu. Dibuatlah merk2 yang  hampir selalu mengarah "kesana".
Perhatikan : semua obat2 "greng"  selalu (kalau tak boleh disebut harus) ber merk  bombastis. Ada "extra joss", yang maksudnya siapapun yang meminumnya akan mendapat enerji "joss" secara  extra.
Ada "M150" bermaksud menandingi salah satu jenis senapan, kalau senapan M16 saja sudah sehebat itu, apalagi kalau 150, kira2 begitu.