Mohon tunggu...
Abu Kemal
Abu Kemal Mohon Tunggu... Pensiunan -

- 33 : 70-71

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Cocktail, Sebagai Lauk Makan Nasi

9 Desember 2011   02:31 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:39 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ini kisah jaman awal2 kuliah di Bandung dulu, ketika itu kami ber empat mendapat job, mengerjakan stan pameran di Gedung Merdeka yang bersejarah itu.

Rencana hari itu pemeran akan dibuka pukul tiga sore, dan pagi pukul sembian stan buatan kami kelar siap diisi.

Pemilik stan datang, kami langsung dibayar kontan di arena pameran saat itu juga. Klien puas, tapi kami lemas, sangat ngantuk dan sangat lapar, maklum hampir lima puluh jam bekerja hampir tanpa istirahat, makan pun sesempatnya  dan seadanya pula.

Keluar dari gedung, yang ingin  kami lakukan adalah makan terlebih dahulu, rasanya kami sangat dendam pada yang namanya makan.

Karena "punya" uang, maka kami ingin makan dengan menu yang sedikit lebih pantas dari  hari2 biasanya, di tempat yang lebih layak yang  sama sekali beda dari biasanya. Maka kamim pilih "restoran" yang kesehariannya hanya kami lihat luarnya, dan kali ini ingin kami masuk di dalamnya,

Begitu masuk restoran, disodori daftar menu,  kami memesan sesuai keinginan masing2.  Bertiga  kami pesan  nasi putih (pasti dong) pepes ikan mas, tahu telor, karedok, sayur asem, minuman kami pesan minuman "mewah" soda gembira.  Satu teman lagi si Stephanus (sejak th 93 mualaf dan ganti nama menjadi Ilham), yang selalu eksklusip beda dari teman2, dia pesan nasi putih, sambel lalapan, dan cocktail, serta minumnya ice the gun with lemon (es degan jeruk).

Pesanan kami datang, tersaji lengkap kecuali cocktail pesanan si Stephanus, tetapi  . . . . ups . . . ada es buah, . .. . yang tidak kami pesan tersaji juga, ah . . . . .  mungkin ini bonus karena kami pesan  lumayan banyak.  Kami  pun segera menyantap menu kami, kecuali Stephanus yang terpaksa hanya melihat saja kami bertiga pesta, sambil dia nikmati  es buah "bonus" itu,  dan. . . . . . tetap  masih menunggu.

Karena lapar yang akut,  dalam waktu singkat makanan  kami bertiga ludes, tetapi cocktail masih tetap belum muncul juga. Ketika  kami tanyakan,  pelayan resto menjawab  dengan menunjuk ke mangkok "es buah" yang sudah kosong diminum si Stephanus tadi.  "Oh jadi ini to  yang namanya cocktail, . . . . . kalau di tempat kami yang begini ini  namanya . . . . . . . . .  es buah . . . . . . . .ndeso, . . .  ndeso".

Sedangkan cocktail, yang ada di benak kami, cocktail adalah : cock artinya  ayam, tail artinya ekor, jadi cocktail . . . . . . . .  adalah brutu. Ndeso , . . . . . . .  ndeso

Akhir cerita,  kami pesan brutu asli yang bukan cocktail, khusus untuk si Stephanus.

Ndeso !!!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun