Ahad minggu lalu (ini kejadian di Surabaya), dari PGS (pusat grosir surabaya), berdua dengan istri aku lewat jalan Tembaan,ke timur arah tugu pahlawan.
Aku sudah sangat hafal, di perempatan jelang tugu pahlawan itu, tepatnya tikungan dekat  SMP Stella Maris biasa disitu selalu ada POLANTAS, baik di jalanan maupun ngepos dipos jaga.
Begitupun saat itu, sejak jauh2 aku sudah nyalakan lampu sign arah belok kiri, dan dengan tenang aku siap2 membelokkan stir kearah kiri.
Tiba2 seorang Polantas meniup peluit (mengingatkanku pada  wasit sepak bola tiup peluit saat melihat pelanggaran), mempersilahkan aku menepi. Mobil langsung ku pinggirkan, " . . . onok opo maneeeeeh iki yo", ada apa lagi ini ya, pikirku.
Kaca jendela kanan kubuka, Polantas mendekat, dan bertanya : "tahu kesalahannya pak ? ", "tolong lihat surat2nya ". " Â . . . .ga tahu pak , . . . . . ." jawabku.
Sambil menerima SIM dan STNK Â dari uluranku, Â pak polantas menegur istriku yang duduk di jok sebelah kiri :" ibu mestinya sudah tahu ya, fungsinya sabuk keselamatan, . . . . . Â jadi harus dipakai". Benar saja, istriku lupa bahwa sebagai co pilot wajib mengenakan sabuk keselamatan (safety belt).
Polantas tinggi besar  itu sambil memegangi surat2ku mengisyaratkan agar aku mengikuti nya menuju pos jaga.
Sudah tahu harus bagaimana,  sambil berjalan di belakang  pak polantas, tanganku sudah refleks  siap mengambil  lembaran "hijau" dari dalam dompet.
Masuk dalam pos jaga, pak polantas, meletakkan "surat2ku" diatas meja,  lalu mengambil buku tilang, dan  siap2 mengisi formulir tilang.
Kesempatan itu tidak ku-sia2kan, SIM dan STNK  di atas  meja kuambil ,  dan sebagai gantinya "lembaran hijau"  kuletakkan di sana.
".....Lho pak  . . . . . . . .?" tanya pak polantas sambil tersenyum ke arahku, sambil membalas senyum nya, kulambaikan tangan ku.