Mohon tunggu...
Abu Kemal
Abu Kemal Mohon Tunggu... Pensiunan -

- 33 : 70-71

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Berangkat Haji Dibayari Malaikat

16 September 2011   07:44 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:55 5813
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ya sudah, pas  tanggal yang di surat panggilan itu, saya ajak istri saya ke kantor bank,  sekalian dia  ada keperluan mau  ke keponakan  yang kos tidak jauh dari kantor bank itu.  Masuk kantor bank saya awalnya takut pak, di depan pintu ditanya satpam, keperluane apa, walah glagepan saya pak bingung mau njawab apa, terus surat panggilan saya tunjukkan, saya diberi nomer di suruh duduk  nunggu panggilan, seperti antri di rumah sakit gitu pak, lama. Di depan petugas bank sungguh pak saya hampir pingsan, waktu pegawai bank itu bilang, tabungan saya sudah cukup untuk  berangkat haji,  ya saya ngeyel ke pegawai bank, sayaini  ndak pernah nabung untuk haji, tapi pegawai bank menunjukkan buku tabungan haji ada tulisannya  "tiga puluh lima juta rupiah". Subhanaloh pak, saya dan istri tangis2an saking bingung entah senang saya ndak tahu. Waktu saya tanya uang tabungan dari siapa,  kata pegawai bank itu orang yang ngisi tabungan berpesan agar tidak berikan namanya ke saya, alamatnya juga, pegawai bank ndak mau ngasih tahu,  karena pesen nya begitu, katanya.

Terus saya sama pegawai bank disuruh ke KBIH di nginden,   ituloh tempat ngajari  orang yang mau haji, yang katanya  juga sudah dibayari untuk memberikan bimbingan haji untuk saya. Saya ikut manasik disini tadi juga diantar pak Bukori orang bimbingan haji itu.

Ya, karena itu lo pak, tiap hari saya mikir, lalu  orang yang mbayari saya untuk pergi haji  ini sebenernya siapa, dia itu orang  biasa atau jangan2  malaikat ya. Tiap selesai sholat saya selalu sujud syukur dan mendoakan "malaikat" saya itu agar  diberi rejeki yang banyak  biar dia bisa mbayari orang lain lagi berangkat haji, pak".

Sampai disitu cerita pak Udin  harus berhenti, karena dipanggil masuk ke ruangan masjid lagi untuk melanjutkan acara manasik haji hari terakhir itu.  Sejak itu aku belum pernah bertemu lagi dengan pak Udin yang  berangkat di gelombang kedua jamaah calon haji embarkasi Surabaya. Aku hanya bisa berharap semoga pak Udin jadi haji mabrur.

Subhanalloh, Alloh telah menunjukkan  bahwa Dia  Maha Kuasa  atas makhluk ciptaanNya,  semua ada dalam genggaman NYA, bila Alloh  berkehendak tidak satupun yang bisa mengahalangi Nya.

Logika manusia tidak berlaku bagi ALLOH.

Aku bersyukur Alloh mempertemukan ku dengan pak Udin untuk memberitakan tentang  kebesaran Alloh.  Pengalaman ini sampai kapanpun akan kuingat, dan aku memohon :  "kabulkan  do'a pak Udin ,  untuk "malaikat" nya, ya Alloh".

Kisah pak Udin ini  sering kuceritakan pada kerabat dan teman2,  dan kini pada anda, Kompasianer.

Semoga ada manfaat, minimal untuk penulis sendiri.

(abu kemal, syawal 1432H)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun