Mohon tunggu...
Abu Al Givara
Abu Al Givara Mohon Tunggu... Lainnya - Hanya Menulis, Bukan Penulis

Jadilah pembelajar yang terus bersabar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kriteria yang Harus Dimiliki Dekan Fisip UIM

23 Desember 2019   02:46 Diperbarui: 13 September 2023   18:03 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penulis : Sabhadin, Presidium Forum Mahasiswa Kota Makassar, Aktivis PMII Metro Makassar, dan Mahasiswa Ilmu Komunikasi, Fisip UIM.


Universitas adalah miniatur dari sebuah negara. Sebagai miniatur negara, maka didalamnya ada wilayah-wilayah dan pemerintahannya secara otonom. Pemerintahan di wilayah-wilayah itulah sebagai pemegang kendali yang menyetir kemana wilayah itu berselancar, tentu dengan berbagai iklim dan gelombang yang kadang sulit terprediksi kehadirannya. Namun Maju-mundur, pesat-lambannya kemajuan sebuah wilayah, tergantung dari kemampuan managerial, sensitifitas, respon aktif, keterbukaan, serta demokratisasi pemanfaatan otoritas dan otonomi pemerintahannya. Wilayah yang dimaksud adalah Fakultas, sementara kepala pemerintahan Fakultas adalah Dekan. (Memang terdapat perbedaan antara pemerintahan politik dengan pemerintahan Universitas/Fakultas, namun terdapat banyak persamaannya)

"Kemajuan sebuah Universitas tergantung dari Fakultas, dan kemajuan Fakultas tergantung dari cara Dekan mengelolanya" kata ini bukan kutipan yang diambil dari ucapan seorang ahli atau tokoh pendidikan (mesti diragukan namun bukan berarti tidak bisa dipercaya), melainkan lahir dari pikiran penulis berdasarkan pengamatan dan pengindraan secara internal maupun eksternal dengan melihat fakta dan melalui proses interaksi dengan berbagai pihak: baik didalam lingkungan fakultas, maupun interaksi dengan masyarakat kampus di berbagai Universitas di Makassar, dengan secara langsung maupun tidak langsung. Disamping itu, penulis juga sedang berupaya mensinkronisasi secara sederhana dari teori kepemimpinan yang didapatkan di bangku akademik, organisasi maupun di ruang-ruang diskusi tentang kepemimpinan maupun tentang Pemerintahan.

Dekan menjadi aktor utama yang menjalankan roda kemajuan sebuah universitas, karna dekanlah yang menggerakan masyarakat Fakultas (baca: Dosen, Mahasiswa, Staf, dsb) dengan otoritas, otonomi dan nilai-nilai kekhhasan yang diambil dari Visi dan Misi sebuah fakultas yang dikelolanya. Selain karna dekan sebagai penggeraknya, dekan juga sangat memahami kondisi fakultas karna aktivitas kesehariannya selalu berhadapan sekaligus berinteraksi langsung dengan realitas fakultas.

Fungsi dan Peran Dekan dalam Pengelolaan Masyarakat Fakultas

Thomas Hobbes mengatakan "Individu pada dasarnya jelek, egois sesuai dengan fitrahnya, namun manusia ingin hidup damai". Oleh karena itu, manusia membutuhkan perjanjian bersama untuk memberikan perlindungan, dan perlindungan ini membutuhkan pemimpin untuk menjadi pihak ketiga sebagai penengah.

Sementara John Locke berkata sebaliknya, "Individu pada dasarnya baik" namun  karna adanya kesenjangan karna hierarki dan perbedaan yang tajam, maka dikhawatirkan akan menimbulkan permasalahan. Sehingga mereka membutuhkan perjanjian dan kesepakatan bersama dan diserahkan kepada penguasa sebagai pihak yang menengahi.

Kedua pernyataan yang berbeda dari filosof abad modern itu sesungguhnya punya esensi yang sama, yaitu; seorang pemimpin harus terbuka dalam mendengar aspirasi, kebutuhan dan serta menjadi penengah dalam memutuskan sebuah kesepakatann, bukan mengambil keputusan secara individu, sebab pemimpin tidak hanya memimpin individu melainkan memimpin organisasi dan keputusan yang di ambil sangat berpengaruh dengan yang di Pimpinnya. Jika Dekan adalah pemimpin fakultas, maka keputusan Dekan harus mempertimbangkan aspirasi, kebutuhan dan kondisi Masyarakat Fakultasnya.

Pernyaaan lain dikatakan oleh Tucker, bahwa seorang dekan harus berperan dan memposisikan dirinya dalam tiga model peran. Ketiga peran itu adalah The dove of peace, The dragon dan The diplomat. Pada saat tertentu, Dekan harus menjadi Merpati pendamai (the dove of peace), menjadi penengah ketika terjadi konflik internal di lingkungan fakultas. Kedua, Dekan harus berperan menjadi seekor naga (the dragon) yang secara cepat dan tepat mengendalikan kekuatan-kekuatan eksternal dan internal yang mengancam sistem nilai Universitas/Fakultas. The dragon bukan digunnakan untuk membunuh kreatifitas masyarakat fakultas, melainkan berfungsi sebagai lawan dari segala hal yang merusak sistem nilai yang telah terbangun. Ketiga, Fungsi Diplomat, fungsi diplomatlah yang juga dapat membawa dan menyemangati kehidupan fakultas agar tetap berdiri tegak dari berbagai masukan dan kritik dari berbagai pihak.

Selain itu, secara internal, Dekan harus sering terlibat melakukan dialog akademik bersama Masyarakat fakultas secara terbbuka, melakukan event bersama dalam memperingati hari-hari besar nasional, atau hari-hari penting yang perlu lainnya untuk menjaga keharmonisan dan menjaga keakraban masyarakat fakultas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun