Mohon tunggu...
Hanif Ahmad
Hanif Ahmad Mohon Tunggu... Koki - Bekerja sebagai Head Pastry Chef

Shilaturahmi dengan menulis di RPHA Cianjur/Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Manusia Dirancang untuk Berjuang dalam Hidupnya

18 Juli 2024   06:19 Diperbarui: 18 Juli 2024   09:23 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bekerja adalah ibadah sebagai perjuangan (foto hanif ahmad) 

Pengarang : Hanif Ahmad

#RphaAward2024

Abah Nata :
Sebagaimana tujuan manusia hadir ke dunia ini untuk tujuan ibadah, dalam makna untuk berjuang atau berkorban. Maka secara alami segala keadaan akan mendukung hal tersebut. Seorang ayah yang mencari nafkah untuk keluarga mereka, seorang ibu yang memelihara dan membesarkan anak-anak mereka. Maka didalamnya tidak boleh tidak akan ada semangat perjuangan dan pengorbanan.

Anah Lajnah :
Abah Nata, apakah perjuangan dan pengorbanan itu termasuk kepada orang kaya dan pintar ?

Abah Nata :
Tugas ibadah itu tidak memilah-milah Anah, semua manusia dengan sendirinya akan berjuang, walau bisa saja dengan kadar yang berbeda beda.

Anah Lajnah :
Kenapa begitu Abah, apa yang bisa diperjuangkan oleh orang kaya atau orang pintar tersebut ?

Abah Nata :
Dalam kerangka ibadah, maka baik kekayaan atau kepintaran adalah amanat yang harus diselaraskan sebesarnya untuk manfaat manusia keseluruhan. Ibadah dalam bentuk ritual merupakan pondasi doa untuk memaksimalkan segala kemampuan. Jadi dalam hal ini wahana kreativitas perjuangan atau pengorbanan akan terbentang sangat luas.

Anah Lajnah :
Apakah ada manusia yang sudah memberi contoh atau teladan seperti itu Abah?

Abah Nata :
Banyak sekali Anah, karena dunia sudah sedemikian maju dengan ada manusia manusia pilihan yang sudah mampu membangun pengorbanan dan perjuangan tersebut. Orang yang sakit mereka berjuang untuk menyembuhkan penyakitnya. Orang yang sudah tua pun, ia berjuang dalam kesendirian dan kesepian, mereka berjuang dalam diamnya.

(Cerita Mang Nata untuk Indonesia)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun