Sudah bawaan alami jika seorang anak kecil yang baru belajar berjalan misalnya. Selalu berusaha untuk berjalan, walau tertatih tatih, kemudian mencoba naik ke sesuatu yang lebih tinggi, ke kursi, ke pagar dan lain sabagainya.
Sehingga kita sebagai orang dewasa melihatnya ada kekawatiran keadaan anak ini bisa jatuh. Tetapi disisi lain kita senang jika anak tersebut berhasil berjalan, memanjat atau meraih sesuatu yang digapainya.
Nah demikianlah saya yang sedang belajar berjalan dalam menulis buku, masih jauh untuk dikatakan berhasil membuat buku yang bagus. Empat buku yang sudah diterbitkan menjadi ukuran bahwa anak ini masih belum mahir dalam membuat buku, masih belajar memanjat, masih tertatih tatih untuk mengapai apa yang diinginkannya.
Namun sebagian orang para pemirsa yang menunjukan kematangan hatinya, selalu memberi bantuan berupa dorongan semangat, agar anak yang sedang belajar ini untuk terus belajar berkarya. Semangat dan doa para pemirsa yang mereka tulis seibarat doa atau harapan, agar anak ini maju terus mencerahkan dunia dengan bukunya.
letnan rose dengan si koki, walaupun bagitu banyak aspek perbedaan. Tetapi mereka berhasil mengemas semua perbedaan itu menjadi pilihan kata inspirasi dalam mewujudkan prinsip cinta damai yang mereka pegang teguh. Bagi mereka cinta bukan hanya sekedar berbagi urusan ranjang. Lebih dari itu mereka ingin menyampaikan pesan kasih sayang, kemanusiaan dan perdamaian. Di atas segala perbedaan untuk menawarkan kemajuan dalam berbagai bentuk hubungan, sebagaimana tujuan manusia itu diciptakan."
"Kisah cintaBuku ke empat, sempat ngak sempat sudah terbit. Sumbangsih anak zaman untuk negeri yang dicintainya. Mudah mudahan aman tersimpan di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.
Salam shilaturahmi dengan menulis buku, saya Hanif Ahmad.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H