Tidak fokus karena ingin selalu di puji, tetapi seseorang yang ringan memberikan respon baik berupa ucapan pujian, kata terimakasih, kata selamat, kata semangat.Â
Adalah gambaran kekayaan atas kerendahan hati siapa pun. Kata-katanya seperti mutiara doa yang akan didengar oleh alam semesta dan Pemilik Alam Semesta. Demikianlah jiwa mapan dalam ketenangan sirendah hati sobat-sobatku. Kesan ini akan tertulis dengan tinta emas karena keistimewaan hatimu, iya kamu... xixixi.
Bi Ristha :
Adakalanya Mang Nata, pujian mereka tidak langsung diucapkan, tetapi terbersit dalam doa di hati mereka, iya mereka.... xixixi.
Mang Nata :
Xixixi... Bibi bisa saja, iya kamu Bibi....!!!
Bi Ristha :
Kalau Bibi melihat Mang Nata itu selalu memberikan pujian balik kepada semuanya, lewat ajang tahunan dengan hadiah cake misalnya, itu Bibi sangat setuju sekali. Bahkan partisipasi para pembaca tertulis dalam buku yang Mang Nata terbitkan. Keren pisan atuh...
Mang Nata :
Namanya juga menulis untuk shilaturahmi Bibi, mencari sahabat dengan menulis. Mang Nata kadang belum pernah bertemu dengan para responden, tetapi mereka sangat hangat dan nyaman.
Bi Ristha :
Ya ya bagus atuh teruslah menulis sampai edisi jauh kedepan dan segera terbitkan menjadi karya buku untuk Indonesia dan masa depan.
Mang Nata :
Tentunya peran dari para pembaca yang rendah hatinya, baik yang memuji dengan ucapan selamat semangat. Adalah merasa tulisan Mang Nata tersebut ada manfaatnya. Faedah latihan memberikan pujian barangkali akan lebih mudah menuju cinta dan perdamaian untuk semuanya. Awalnya hanya latihan yang pura pura dalam memberikan pujian, lama lama akan terbiasa untuk tulus memberikannya... xixixi.
(Cerita Mang Nata 376 dari RPHA)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H