Aku ditakdirkan untuk diinjak-injak, terkadang aku tak diperdulikan.
Aku memang tidak bisa bicara, tidak bisa mengeluh. Tetapi jika Kalian tidak merawat Aku, jika Kalian lupa asalmu dari Aku. Bahkan beton, bata dan aspal sudah memisahkan antara Aku dan Kalian.
Ingatlah raga Kalian akan kembali kepadaku saat berpisah dengan nyawa.
Aku tanah dalam segala kerendahanku, selalu mengagumi Kalian yang sudah banyak kreatifitas kemajuan yang luar biasa. Tetapi ingatlah pesanku tetaplah rendahkan hati dan jiwa Kalian.
Karena Kalian berasal dari tanah sepertiku. Tujuan kita sama-sama dalam posisi kerendahan supaya bisa melihat ketinggian Sang Maha Pencipta. Untuk selalu menyanjung dan memujiNya. Sujud-sujud kalian terasa sangat dekat, Aku tanah bisa mendengar hempasan nafas Kalian dalam puji sanjung kepada Nya.
Aku memang tidak bisa melakukan apa yang Kalian lakukan. Tetapi Aku akan setia menemanimu melangkah kemanapun Kalian pergi.*
(Cerita Mang Nata 372 dari RPHA)
