Mohon tunggu...
Abu Jamiledy
Abu Jamiledy Mohon Tunggu... -

Orang desa yang ingin terus belajar

Selanjutnya

Tutup

Catatan

“Demam Jakarta” Merebak di Desa Penghasil Garam

16 Juli 2014   16:45 Diperbarui: 18 Juni 2015   06:10 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ungkapan “Sekejam-Kejamnya Ibu Tiri, Lebih Kejam Ibu Kota” rupanya tidak berlaku bagi sebagian warga di kepulauan Sumenep yang meraup keuntungan dari kerja keras mereka di Jakarta. Awalnya hanya beberapa orang, namun lambat laun mayoritas wargapun mulai ketagihan untuk mengadu nasib ke ibukota. Tak heran jika sebagian besar warga di kepulauan Sumenep seperti Gili Raja, Gili Genteng dan Talango meningkat taraf ekonominya karena merantau ke Jakarta. Rumah-rumah mewahpun kemudian bermunculan di pulau-pulau ini. Tak cukup itu saja kendaraanpun bertebaran seperti mobil mewah dan juga motor keluaran terbaru yang harganya tergolong mahal.

Umumnya mereka bekerja sebagai pemilik dan penjaga toko dan warung-warung kecil di Jakarta yang menjual berbagai macam kebutuhan sehari-hari seperti sembako dan lainnya. Mereka tersebar di berbagai wilayah di Jakarta hingga Tangerang. Penghasilan mereka berkisar antara 6 hingga 9 juta perbulan. Jika omset perhari mencapai 2 hingga 3 juta, maka keuntungan mereka mencapai 10 %. Kabar kesuksesan orang-orang inipun akhirnya merambah sampai ke desa penghasil garam seperti Karanganyar dan Pinggirpapas. Ini bermula dari mereka yang suami atau istrinya adalah warga kepulauan seperti Talango. Warga yang merantau ini disebut oleh warga setempat dengan istilah “Jakartaan”. Jika ada orang yang mengobrol tentang “Jakartaan” maka yang terbayang adalah rumah mewah, mobil dan motor mewah, serta berbagai aset besar lainnya.

Fenomena “Jakartaan” ini mulai merebak di Karanganyar dan Pinggirpapas dalam beberapa tahun terakhir. Hingga saat ini puluhan warga Desa Pinggirpapas misalnya sudah berada di ibukota Jakarta untuk mengadu nasib. Warga desa Pinggirpapas yang umumnya bekerja sebagai petani garam mulai melirik untuk alih profesi sebagai penjaga warung di Jakarta. Memang menjanjikan penghasilan di Ibukota ini, bahkan mengalahkan gaji TKI yang bekerja di luar negeri seperti Malaysia. Biasanya warga yang bekerja ke Jakarta menitipkan anaknya kepada keluarga yang masih tinggal di desa, kecuali yang masih balita yang terpaksa harus ikut serta orang tuanya. Jumlah warga Karanganyar dan Pinggirpapas dipastikan akan terus bertambah banyak yang ke Jakarta dalam beberapa tahun kedepan. Tak heran jika musim kemarau Desa ini semakin lengang penduduknya. Maklum jika musim kemarau hampir separuh atau bahkan lebih warga dua desa ini merantau keluar daerah untuk menjadi petani garam.

Entah sampai kapan “magnet Jakarta” akan berhenti menyedot warga dua desa ini. Yang pasti selama penghasilan dari bekerja di Jakarta tetap menjanjikan, maka selama itu pula warga di Sumenep dan daerah lain di Indonesia akan terus mengalir ke Jakarta.

Sumenep, 16 Juli 2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun