ketimuran dikenal karena mengedepankan nilai-nilai luhur seperti kesopanan, penghormatan, dan keharmonisan dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam budaya Indonesia, cara seseorang berbicara mencerminkan kepribadian dan adabnya.Â
EtikaPenggunaan bahasa kasar, terutama oleh tokoh publik, sering kali dinilai tidak sesuai dengan norma sosial maupun ajaran agama. Hal ini menjadi sorotan ketika Gus Miftah, dalam salah satu ceramahnya, menggunakan kata "gobl*k." Tindakan tersebut memicu perdebatan terkait sejauh mana hal tersebut sejalan dengan prinsip etika ketimuran.
Berdasarkan teori harmoni sosial, salah satu elemen penting etika ketimuran, setiap ucapan seharusnya mendukung terciptanya perdamaian dan mempererat hubungan antarindividu. Penggunaan kata kasar seperti "gobl*k" berpotensi mengganggu harmoni, walaupun maksud pembicaranya adalah memberikan kritik atau nasihat. Dalam konteks dakwah, bahasa yang terlalu keras justru dapat menimbulkan resistensi di kalangan audiens daripada menghasilkan penerimaan.
Sementara itu, teori kesopanan bahasa (Politeness Theory) yang digagas oleh Brown dan Levinson juga relevan dalam pembahasan ini. Dalam budaya ketimuran, menghargai lawan bicara menjadi salah satu aspek utama. Teori ini menekankan pentingnya menjaga "wajah" seseorang dalam interaksi sosial. Istilah seperti "gobl*k" dapat dianggap mengancam "wajah" positif maupun negatif audiens, sehingga melanggar prinsip kesopanan.
Namun, Gus Miftah menggunakan pendekatan dakwah yang adaptif. Gaya penyampaiannya yang santai, bahkan terkadang tegas dan blak-blakan, dimaksudkan untuk menjangkau kelompok masyarakat yang sulit tersentuh oleh dakwah formal. Baginya, penggunaan kata "gobl*k" adalah strategi untuk mempertegas pesan agar lebih berkesan.
Walau begitu, kontroversi ini menjadi pengingat pentingnya keseimbangan dalam berdakwah. Penyampaian harus tetap relevan dan efektif tanpa meninggalkan nilai-nilai kesopanan yang merupakan inti dari etika ketimuran. Keharmonisan dan penghormatan dalam berbahasa perlu dijaga agar pesan agama diterima dengan baik tanpa memicu perdebatan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H