Mohon tunggu...
Abuifan
Abuifan Mohon Tunggu... Editor - I am just me

Just me and my life https://amanahsolution.com/me

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Sonomo, Sugriwo, Jogelo, dan Sodipo

17 Mei 2014   18:48 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:26 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Sonomo, Sugriwo, Jogelo, dan sodipo

Cerita lucu legendaris tentang empat orang buruh tani lugu di tahun 40-an ini beberapa kali didengung-dengungkan di telinga saya sebagai sebuah dongeng "bualan" sebelum tidur olek ayah saya ketika saya masih kecil. Namun cerita ini mengandung hikmah yang bagus. Dimana dari cerita ini terlihat betapa pentingnya untuk bisa memiliki kepandaian sehingga tidak gampang dibodohi orang. Orang bodoh selain mudah dibodohi juga mudah mengagung-ngagungkan orang lain yang "dikiranya" hebat. Padahal ya sama saja. Hanya dia lebih punya ilmu.

Alkisah suatu ketika Sonomo, Sugriwo, dan Jogelo membuat acara bareng memancing ke sebuah sungai. Sore hari yang cerah menjadi teman mereka melemparkan joran mereka ke sungai yang tenang itu.
SIngkat cerita hari mulai petang dan merekapun bersiap pulang setelah sore ini memancing. Bersiaplah mereka membagi ikan hasil pancingannya saat mau pulang. Ikan yang mereka dapatkan berjumlah empat ekor, sementara mereka bertiga sehingga mereka kebingungan membagi ikan-ikannya tersebut.

Sonomo sebagai orang tertua maju, kemudian dia mulai membagi ikan-ikan tersebut : "Ini untuk Sugriwo, ini untuk Jogelo, dan ini untukku...." Sisa satu :"Lha ini untuk siapa?"....
Merekapun bingung.
Majulah Jogelo :"Coba sini ganti aku yang bagi, mungkin kamu salah itung. Ini untuk kamu Sonomo, ini untukku, sementara yang ini untuk Jogelo... o iya... masih sisa satu, untuk sapa ya?"
Terakhir majulah Jogelo :"Coba sini aku yang itung. Sapa tahu jika aku yang itung jadi pas. Ini untuk Kang Nomo, ini untuk kang Griwo... ini untuk aku..."... hmmm... O iya ya... yang satu ini untuk siapa?"
Di tengah diskusi di antara mereka bertiga itu tiba-tiba datanglah Sodipo.
Sodipo "Hai teman-teman, kalian membicarakan apa? Kok kayaknya asik sekali"
Sonomo "Ini lho kita bagi-bagi ikan hasil mancing. tapi dari tadi diitung-itung kok selalu gak pas. Coba kamu yang bagi. Bisa pas gak?"
Sodipo "Oww... coba sini aku yang bagi. Ini buat kamu Sonomo, ini untuk Sugriwo, ini untuk Sodipo... Nah yang ini untukku... Pas to?"
Mereka berempat :"Hehe... iya benar, kamu pinter Sodipo". Dan merekapun pulang sambil tertawa karena keempat ikannya sudah terbagi. Si Sodipo senang tanpa capek-capek ikutan mancing dia ikutan dapat ikan.

Sepertinya kisah seru di atas sedikit banyak ikut mewakili juga kehidupan kita di jaman modern ini. Ketika seseorang untuk mendapatkan proyek (biasanya proyek pemerintah) selalu saja ada orang-orang dalam pemerintahan yang berlaku seperti Sodipo. Tanpa kehadiran Sodipo proyek tidak selesai. Orang bertipe "aji mumpung" cari untung ketika berada pada tempat yang tepat. Namun Sonomo, Sugriwo, dan Jogelopun ya senang-senang aja tuh. Karena jika tanpa kehadiran si Sodipo proyekpun gak kelar. Dan ini sudah menjadi kebiasaan di masyarakat kita terutama untuk proyek-proyek yang sifatnya pemerintahan.

Ya okelah kalo si Sodipo ini orang luar pemerintahan yang bisa memposisikan diri sebagai makelar, alias penghubung antara si empunya proyek (pemerintah) dengan si vendor (pengerja proyek). Namun ketika posisi Sodipo sudah merupakan orang dalam pemerintahan, yang untuk kesehariannya (atau tiap bulannya) mendapatkan gaji dari pemerintah, maka ketika dia memperankan sebagai makelar maka ini sudah bukan lagi pada tempatnya. Dan saat itulah siap-siap dimangsa oleh KPK. Sementara dalam ranah agama (Islam) persoalan tersebut sudah masuk kategori riswah alias suap menyuap. Baik yang melakukan maupun yang dikasih sama-sama diancam dengan neraka.

Oleh karena itu saat ini di Amanah Solution memberlakukan kebijakan tentang menghindari proyek-proyek pemerintah. Ya bukannya apa, kita kawatir dalam perkara hal-hal semacam tersebut. Lebih baik mengais rejeki di ranah swasta daripada kekawatiran riswah dan sebangsanya. Entah itu dirubah bahasanya menjadi entertain atau semacamnya kalau hakikatnya sama ya sama saja. Di ranah swastapun juga demikian sebenarnya hanya mungkin presentasinya lebih kecil dan lebih mudah menghindarinya. Dan alhamdulillah selama ini Amanah Solution mendapatkan proyek tanpa harus melakukan praktek-praktek yang demikian. Ya walaupun hasilnya belum besar. Semoga pada saatnya mendapatkan yang lebih besar. Aamiin.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun