Mohon tunggu...
Hisyam Armana Linggawijaya
Hisyam Armana Linggawijaya Mohon Tunggu... Guru - Thalib al-Ilmi

Pray, Study, Hoopin

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menjawab Tantangan Materialisme dan Krisis Moral, Belajar dari Masa Keemasan Islam

30 Oktober 2024   11:35 Diperbarui: 30 Oktober 2024   12:00 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pernah nggak sih kamu merasa khawatir dengan dampak materialisme dan krisis moral yang menyerang generasi kita sekarang? Di zaman modern ini, tantangan-tantangan itu udah nyata banget, dan pengaruhnya ke cara pikir serta tindakan kita, terutama anak-anak. 

Di tengah globalisasi dan kemajuan teknologi, nilai-nilai spiritual dan sosial yang seharusnya jadi pedoman hidup sering terabaikan. Materialisme semakin mengakar dalam budaya kita, mendorong pola pikir konsumtif dan hedonistik. Akibatnya, banyak generasi muda yang kualitas moralnya menurun, terbukti dari berkurangnya empati, meningkatnya individualisme, dan ketidakpedulian terhadap lingkungan sosial.

Salah satu penyebab utama dari krisis ini adalah pengaruh budaya konsumerisme yang makin dalam. Arus globalisasi dan perkembangan media sosial bikin pola pikir yang mengutamakan kepemilikan materi dan penampilan semakin kuat.

 Ini menyebabkan kita, generasi muda, sering terjebak dalam gaya hidup yang nggak sesuai dengan nilai-nilai Islam tentang kesederhanaan dan kepedulian sosial. Banyak pemuda kesulitan memahami nilai-nilai moral dan etika yang bener karena lingkungan yang kurang mendukung

Selain itu, sistem pendidikan sekarang juga kurang banget, terutama dalam hal pendidikan karakter dan spiritual. Banyak lembaga pendidikan lebih fokus ke prestasi akademis yang terukur dan keterampilan teknis. 

Sayangnya, pembelajaran nilai-nilai etika dan moral sering kali terabaikan. Akibatnya, siswa nggak dapet bekal yang cukup buat menghadapi tantangan hidup yang berkaitan dengan moral dan etika. Penekanan pada aspek akademis tanpa memperhatikan pendidikan karakter bikin kita kehilangan arah dalam pembentukan moral.

Kita juga harus ingat, minimnya teladan yang membangun karakter jadi penyebab krisis ini. Di masyarakat modern yang serba cepat ini, banyak generasi muda kehilangan sosok panutan yang bisa menanamkan nilai-nilai kebajikan.

 Orang tua, guru, dan tokoh masyarakat sering kali nggak bisa memberikan contoh yang relevan atau nggak punya cukup waktu untuk membina karakter kita secara efektif. Ini bikin gap antara apa yang diajarkan di sekolah dan apa yang diterima di rumah.

Jadi, apa yang bisa kita lakukan untuk menghadapi tantangan ini? Penting bagi kita untuk mengadaptasi prinsip dan nilai-nilai pendidikan dari masa keemasan Islam. Pendidikan yang menekankan keseimbangan antara ilmu pengetahuan, moral, dan spiritualitas adalah kunci untuk mengatasi masalah ini.

Salah satu langkah awal yang perlu kita ambil adalah mengintegrasikan pendidikan moral dan spiritual ke dalam kurikulum. Sekolah dan lembaga pendidikan harus memastikan bahwa pembelajaran tentang etika, tanggung jawab sosial, dan nilai-nilai Islam terintegrasi dalam setiap mata pelajaran.

Nggak cuma itu, memperkenalkan program pengembangan karakter yang berbasis nilai-nilai Islam di sekolah atau komunitas juga sangat penting. Program ini bisa fokus pada praktik hidup sederhana, menghargai ilmu, kejujuran, dan tanggung jawab sosial. Dengan cara ini, kita bisa dapetin pengalaman nyata yang membentuk karakter kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun