Semarak pertarungan di tennis profesional wanita tahun 2010 ini dipastikan ketat dan bergairah. Ini Selain karena comebacknya Duo Belgianjuga karena pulihnya Masha ke pentas persaingan dunia. Tahun 2009 adalah tahun kelabu bagi WTA (Woman Tennis Association). Hilangnya Martina Hingis, mudurnya Justine Henin pada bulan Mei, cedera bahu Maria Sharapova meredupkan sinar pesona gemerlap turnamen WTA.
WTA mulai menggeliat pada Grand Slam US Open dimana Kim Clister yang istrirahat karena menbina rumah tangga dan melahirkan comeback dan memenangi US Open. Dia merupakan ibu kedua di dunia yang memenangi gelar Grand Slam. Modal gelar itu belum cukup membeli tiket ke ajang WTA Championship di Doha untuk menghadang laju "The Duo Williams Sister”. Tidak salah kalau insan tenis berasumsi sukses Clister inilah yang mengilhami Henin kembali terjun di dunia yang sudah membesarkan namanya.
Jika penonton mau berbondong-bondong memenuhi stadion untuk melihat Maria Sharapova, Ana Ivanovic, Maria Kirilenko, Dementieva atau Anna Kournikova bisa saja karena terpesona kecantikan mereka daripada skill bermain di lapangan. hal ini tidak terjadi pada Justine Henin. Petenis yang berjuluk ‘the beauty of one-handed backhand” ini tidak menjanjikan pesona kecantikan. Wajah dan posturnya biasa-biasa saja tetapi kualitas forehand, backhand, volley, overhead smash, serve and volley style-nya di atas rata-rata.
Pemain yang suka berteriak ‘alley’ saat melakukan winner lahir pada 1 Juni 1982 ini mempunyai tinggi badan ‘hanya’ 168 cm. Tinggi badan ini jauh di bawah petenis wanita dunia yang rata-rata di atas 180 cm. Dia bahkan lebih pendek dari Angie Wijaya, petenis yang pernah menjadi kebanggaan Indonesia. Petenis kelahiran Bandung yang pernah menjuarai Wimbledon Junior memiliki postur 172 cm. Kita semua mahfum permainan tennis sangat ditentukan oleh tinggi badan. Namun demikian tinggi badan bukan segala-galanya. Setidaknya ini sudah ditunjukkan Justine henin dengan prestasi-prestasinya. Empat gelar Rolland Garros, dua US Open, Australian Open, WTA Championship dan sejumlah gelar tropi WTA yang totalnya mencapi 41 gelar.
Bagaimana dengan ATP?
Di tennis putra juga demikian meskipun faktanya tidak sama persis di WTA. Petenis bertinggi badan lebih dari 2 meter seperti Ivo Karlovic dari Croatia dan John Isner dari Amerika belum menjadi raja. Petenis yang mempunyai service geledek ini menang banyak menciptakan 'ace’ tetapi kalah gesit dalam beradu rally. Nama-nama mereka juga terlempar dari 20 besar dunia. Rata - rata penghuni ranking ini pemilik tinggi badan antara 180-195 cm.
Saat ini pamain dengan tubuh cekak yang masih beredar di ATP adalah Rochus bersaudara. Duo Rochus (Oliver dan Christopher) yang berpostur 168 cm dan 170 cm memang tidak secemerlang Federer. Pemain yang mengumpulkan beberapa gelar ATP ini tetap mampu bertengger di 100 besar dunia.
Pemain pria dengan postur yang tidak tinggi fenomenal adalah Michael Chang. Dengan postur 175 cm American-Chinese ini mampu menjuarai Rolland Garros saat berumur 17 tahun di tahun 1989. Di final dia mengalahkan Stefen Edberg dari Swedia yang memiliki postur 188 cm. Setelah itu dia meraih 3 finalis Grand Slam, 7 gelar ATP Master dan 5 gelar ATP Tournament. Selama berkarir mengumpulkan hadiah uang lebih dari 19 juta dollar paman Obama.
Pagi ini kompas.com menulis Henin menunggu Clister di final Brisben International Open. Akankah Duo Belgian ini bersaing layaknya Nadal vs Federer atau persaingan sesama saudara seperti Venus dan Serena? perjalanan tahun 2010 baru dimulai dan saya menunggu mereka berdua di sini. Di Doha WTA Championship sebagai turnamen penutup tahun ini. Semoga...........!
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H