Tiga bulan bolak balik ke kampung halaman diĀ Indonesia sebenarnya banyak yang harus diceritaklan dalam bentuk tulisan. Entah kenapa justru susah untuk memulainya. Gairah membaca koran, blogger dan menonton berita di TV turun habis.
Menyusuri jalan Deandles memutari Jawa Barat bagian selatan, Jogya dan Jawa tengah negeri ini seperti negeri lemah dan lesu darah. Tidak ada hukum dan seperti negara mati tanpa pemerintahan. Semua bebas melanggar hukum termasuk hukum-hukum atau aturan di jalan raya.
Di jalan raya yang sebagai potret kehidupan sebuah negara sungguh ironis. Jalan-jalan banyak yang berlubang dan bergoyang. Pengemis sungguhan dan pengemis yang berkedok seperti pengamen, pengelap kaca mobil, pasukan Pak Ogah sampai tukang parkir bebas berkeliaran.
Pemandangan rakyat miskin sepanjang jalan masih menjadi pemandangan utama. Entah dari mana pemerintah mengklaim keberhasilannya. Barangkali yang datang ke meja mereka adalah angka - angka cantik, gambar-gambar yang indah dan ketika turun ke lapangan TKP sudah disetting demi kepentingan bersama. Bisa juga pejabat melihat kemajuan dari mobil dinas yang mewah dan mengkilat.
Kalau dibilang ada kemajuan barangkaliĀ tidak berbanding dengan penderitaan rakyat membayar pajak dan kehilangan sumber daya alam yang luar biasa.
Saat itu saya hanya bisa banyak-banyak istighfar semoga pemimpin diberi mata dan telinga, rakyat diberi kesabaran. Ada kegamangan dalam hati kalau SBY yang berlatar belakang politik dengan gelar Jendral plus Doktor, berpostur tinggi besar dan dipilih sebagin besar rakyat saja tidak mampu berbuat apa-apa. Adakah yang lebih bisa dari SBY untuk mengentas negeri ini ke pentas yang lebih baik dan bermartabat. Tentu ada dan kita harus tetap optimis.
Salam TKI
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H