Pembahasan teori sosiologi modern : Teori fungsionalisme struktural dari Talcott Parsons
Sebelum membahas teori nya, saya akan menjelaskan sedikit mengenai biografi talcott parsons. Talcot parsons menjadi public figure di bidang sosiologi. Ia lahir di Colorado, pada tahun 1902 dalam keluarga yang religious dan intelektual. Ayah nya Talcott parson ini seorang pendeta sekaligus menjadi rektor pada perguruan tinggi yang tidak telalu terkenal di Colorado. Tahun 1924, ia menyelesaikan S1 nya di inggris. Tahun 1927, ia mulia mengajar di beberapa perguruan tinggi. Tahun 1937, ia juga menerbitkan sebuah buku yang berjudul "the structure of social action". Tahun 1944, ia menjadi ketua jurusan sosiologi di universitas Harvard. Talcot juga menulis buku barunya yang berjudul "the social system" pada tahun 1951. Ia juga menjadi tokoh dominan sosiologi amerika. Talcot juga sempat mendapat serangan dari kaum radikal karena dianggap terlalu konservatif dan teori nya sulit dimengerti. Talcot parson meninggal pada tahun 1979. Walaupun ia sudah meninggal, namun justru pada tahun 1980 teori nya menjadi terkenal dan banyak yang menggunakan, khusus nya para tokoh sosiolog dan juga beberapa negara berkembang, seperti negara Indonesia yang, menggunakan konsep teori struktural fungsionalsime.
Teori fungsionalisme struktural ini menganalogikan seperti anatomi tubuh manusia. Menurut parson, masyarakat terintegrasi atas dasar kesepakatan dari para anggota akan nilai-nilai kemasyarakatan tertentu yang bisa mengatasi perbedaan maupun hal-hal yang tabu. Maka dari itu, masyarakat dianggap sebagai suatu sistem yang secara fungsional terintegrasi dalam suatu keseimbangan. Talcot juga menganggap masyarakat sebagai suatu sistem-sistem sosial yang saling berkaitan dan berhubungan. Ia menganggap bahwa jika ada satu masalah yang terjadi pada suatu masyarakat, maka masyarakat lainnya juga ikut terlibat.
Memang pada dasar nya teori ini menganalogikan seperti anatomi manusia. Jadi misalnya kepala kita merasa sakit, maka akan berpengaruh ke semua organ tubuh yang ada. Teori struktural fungsionalisme juga tidak terlepas dari aktor dan sistem sosial. menurut Talcott, aktor ialah kombinasi dari pola nilai-nilai dan orientasi yang menjadi fungsi peran pada sistem sosial. jadi, seorang individu menjadi peran karena tidak terlepas dari faktor sosialisasi dari anggota masyarakatnya, yaitu keluarga. orientasi dan tujuan yang dimiliki oleh individu ini akan berpengaruh pada masyarakatnya. Selain aktor, ada sistem sosial. dalam sistem sosial, terdapat aktor yang saling berinteraksi satu sama lain. Aktor ini juga memiliki motivasi dan orientasi untuk mencapai kepuasan yang dijelaskan dengan symbol yang terstruktur. Sistem sosial juga menjadi bagian dari kesepakatan bersama dari anggota masyarakat yang diwujudkan dengan symbol berupa aturan, nilai, dan norma yang ada. Sistem sosial tidak terlepas dari aktor, interaksi, lingkungan, optimalisasi kepuasan, dan kultur dari si aktor. Lalu adapun ekstensi aktor dalam sistem sosial. syarat agar terpilih dalam integrasi pola nilai ialah adanya proses internalisasi dan sosiolisasi. Dalam sistem sosial, aktor dianggap sebagai penerma pasif dalam proses sosialisasi menurut Talcott. Lalu, Talcott dikritik oleh francois barrault melalui dialektika sosioalisasi. Menurutnya, aktor itu aktif, karena bukan hanya responden, namun aktor juga mereproduksi.
Tindakan sosial aktor.
Tindakan manusia itu bersifat sukarela. Dalam hal ini, manusia dengan sukarela menerima nilai-nilai, norma, adat istiadat, aturan, dan tradisi yang ada untuk menjadi bagian dari dirinya. Situasi dan kondisi yang ada pada kehidupan si aktor ini atas dasar nilai dan norma yang telah melekat pada diri si aktor. tidakan individu juga memiliki kebebasan dalam memilih sarana ataupun alat yang ingin dicapai dan dipengaruhi oleh lingkungan dan kondisi yang ada, dan apa yang dia pilih juga dipengaruhi oleh nilai dan norma yang ada pula. Jadi intinya segala faktor yang ada pada kehidupan si aktor atas dasar nilai dan norma yang ada serta telah melekat pada si aktor tersebut.
Masyarakat dalam konteks fungsionalisme struktural.
Dalam hal ini, masyarakat dianggap sebagai suatu kumpulan sistem sosial yang saling berkaitan dan saling berhubungan. Jadi, jika ada satu masyarakat yang bermasalah, maka masyarakat lain ikut terpengaruh. Lalu juga masayrakat sebagai nilai, norma, consensus, dan kohesi manusia. Maka dari itu, masyarakat harus patuh terhadap nilai dan norma yang ada, agar tidak muncul masalah atau muncul nya konflik.
Cara mempertahankan stabilitas masyarakat agar tetap stabil dan harmonis.
Dalam hal ini, Talcott merumuskan konsep "agil" dimana talcot berusaha mengoreksi dan merevisi dan jga mengevaluasi teori sistem. Lalu, Talcott menyebutkan bahwa ada 4 subsistem dalam masayarakat. Konsep "agil" adalah adaptasi-goal attainment-integrasi-latensi. Dalam konep ini, terdapat 4 subsistem, yaitu ekonomi, politik, sosial, dan budaya. 4 subsistem ini sangat melekat ada budaya yang ada. Menurut Talcott, masyarakat setidaknya memiliki 4 subsistem yang ada dan juga dapat menjawab setiap sistem yang ada di dunia. Menurut talcot, cara mempertahankan stabilitas masyarakat bisa dilihat dalam konteks adaptasi yaitu subsistem ekonomi. Menurutnya, subsistem ekonomi ini harus bisa beradaptasi dalam situasi dan kondisi yang ada pada masyarakat. Seperti melakukan distribusi dan produksi suatu barang dan jasa agar masyarakat dapat hidup sejahtera. Dalam konteks goal attainment, sebuah sistem harus bisa mencapai tujuan utamanya yang dilakukan oleh subsistem politik, seperti melakukan distribusi kekuasaan dan monopoli unsur paksaan yang sah di negara tersebut yang dipegang penuh oleh negara. Dalam konteks fungsi integrasi, sebuah sistem harus bisa mengatur sistem yang menjadi bagiannya. Pemikiran talcot parson ini sangat berpengaruh dan memiliki kontribusi pada masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H