Mohon tunggu...
Abuddafi Arhabi
Abuddafi Arhabi Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa Baru

Menulis apa yang terjadi sekarang, membaca kemudian diwaktu mendatang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Penggunaan Bahasa di Kalangan Remaja Milenial

16 Desember 2020   16:02 Diperbarui: 16 Desember 2020   16:08 2361
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Jati diri sebuah bangsa salah satunya dapat dilihat dari bahasa, tak terkecuali bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia memegang peranan penting pada semua aspek kehidupan sehari-hari warga negara Indonesia dalam hal berkomunikasi. Sering kali dengan alasan mempermudah komunikasi, tidak sedikit orang menggunakan bahasa Indonesia dengan tidak baik dan benar. Karena itu, perlu adanya kepatuhan dalam penggunaan bahasa Indonesia, agar pertahanan bahasa Indonesia tetap terjaga, mengingat banyak pengaruh dikarenakan globalisasi, salah satunya pada sektor pendidikan. Penting untuk dilakukan peningkatan pendidikan bahasa Indonesia, baik di SD, SMP, SMA, atau sederajat hingga perguruan tinggi. Dimulai dari peningkatan kemampuan berbahasa para pengajar, yang kemudian diharapkan dapat menjadi contoh untuk peserta ajarnya. 

Jika kita melihat di lapangan, para pengajar maupun peserta ajar belum sepenuhnya menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar. Selain itu bahasa Indonesia pula memiliki fungsi sebagai lambang kebangsaan nasional dan pemersatu lapisan masyrakat yang berbeda sosial budaya, yang artinya ini adalah bahwa bahasa Indonesia merupakan bahasa pemersatu kita, tak perduli entah itu latar belakang budaya kita, entah dari mana suku kita, entah dari mana daerah kita berasal, bahasa Indonesia tetap menjadi bahasa nomor satu yang digunakan. Namun seiring perkembangan zaman bahasa Indonesia sudah mulai tergoyahkan dengan adanya bahasa-bahasa asing dalam obrolan kita sehari-hari, seperti halnya menyelipkan kata-kata asing dalam obrolan padahal padanan dalam bahasa Indonesianya ada, tapi karena mereka ingin terlihat modern, dan terpelajar jika menggunakan istilah atau bahasa dalam berkomunikasi pada pergaulan sehari-hari. Hal tersebut berdampak pada eksistensi bahasa Indonesia.

Generasi milenial ialah masa adanya peningkatan penggunaan dan keakraban dengan komunikasi, media dan teknologi digital seperti sekarang ini. Generasi yang hidup di era milenial ini memiliki karakter yang khas. Sejak di bangku sekolah sudah menggunakan gawai dan menjadikan internet sebagai kebutuhan pokok, selalu terhubung dengan internet, supaya dapat mengakses hal-hal baru atau sekedar bersosialisasi dalam media sosial. Generasi saat ini disebut dengan generasi milenial, yaitu generasi yang lahir antara tahun 1980 sampai 2000-an. Istilah generasi Milenial dewasa ini sedang viral, khususnya di media sosial. 

Netizen (warganet) sering menyebutnya dengan kids jaman now. Generasi ini hadir sebagai bentuk diferensiasi antara generasi zaman dulu yang eksis di tahun 90-an dengan generasi yang sedang eksis di zaman sekarang. Dari segi usia, bisa dikatakan generasi milenial adalah mereka yang saat ini berada pada rentang umur 15-30 tahun. Sejak dulu kita tahu bahwa bahasa menunjukan bangsa. Bangsa yang besar adalah bangsa yang memiliki bahasa nasional sebagai identitas sekaligus pemersatu. Setiap negara didunia mempunyai bahasanya masing-masing. Sebagai warga negara Indonesia sudah sepatutnya kita memamerkan bahasa kita ke dunia luar. Namun di era milenial ini apakah kita masih bangga menggunakan bahasa Indonesia?, Memang kebutuhan akan mempelajari bahasa asing sangat dibutuhkan, tetapi semakin kesini keinginan mempelajari bahasa asing justru membuat bahasa Indonesia terpinggirkan.

Banyak anak usia sekolah, terutama kaum milenial yang tinggal di kota besar, yang terlihat gagap berbahasa Indonesia. Banyak diantara mereka yang bahkan lebih fasih berbahasa asing daripada berbahasa Indonesia. Mengapa itu bisa terjadi? Keinginan mempersiapkan anak memasuki era globalisasi tentu boleh-boleh saja. Namun jika itu mengorbankan jati diri bangsa apalah gunanya. Yang saat ini terjadi tidak seperti yang diperkirakan, anak-anak justru semakin asing dengan bahasa lokal. Menjamurnya bahasa bilingual memperparah kondisi ini, beberapa sekolah yang berlabel "sekolah Internasional" bahkan menggunakan bahasa asing sebagai bahasa pengantar kegiatan belajar satu mata pelajaran yang diajarkan hanya beberapa jam dalam seminggu. Kehidupan dan interaksi anak muda milenial pun terlepas dari "kontaminasi bahasa".  Penggunaan istilah-istilah yang entah dari mana asalnya semakin menghilangkan wujud asli bahasa Indonesia. Di era milenial saat ini, bahasa Indonesia banyak tercampur dengan bahasa asing. `kids jaman now` menggantikan istilah remaja masa kini `woles` yang menggantikan santai, konon diambil dari kata slow yang diucapkan terbalik. Serta masih banyak istilah-istilah yang sebelumnya tidak terkenal. 

Meninggalkan suatu kebiasaan yang telah menjadi tradisi akan berakibat besar dalam kelangsungan hidup masyarakat tersebut. Begitu juga yang akan terjadi pada bahasa Indonesia yang disempurnakan jika semakin ditinggalkan oleh masyarakatnya. Dampak buruk yang dapat dirasakan langsung adalah menurunnya nilai kesopanan remaja ketika berbicara dengan orang yang lebih tua dan dampak tidak langsungnya adalah merusak bahasa nasional itu sendiri. 

Alangkah baiknya kita sebagai remaja milenial kembali membanggakan diri kita dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar agar jati diri bangsa tidak semakin luntur dan malah mungkin bisa menghilang. Bahasa asing memanglah membuat diri kita semakin terlihat modern dan terpelajar, namun apa gunanya apabila kita tidak memiliki identitas atas diri kita sendiri. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun