Abubakar Difinubun
R-uang kenyamana waktu
Pada setiap langka, kita berhak bahagia atas diri sendiri.
Kita berhak tertawa atas diri sendiri, menangis atas diri sendiri
Setalah ini, itu apa, kenapa, kapan, dimana? Kita melangka lagi atau harus ke masa lalu?
Atau maju dan menerobos benteng ketakutan?
Atau terima kenyataan lalu beridiam diri?
Atau lari dari kenyataan hidup yang penuh tanda tanya?
Atau diaaaaammmmmmmmm.!!!!!!!!
Diammmmmmmmmm.!!
R-uang kenyamana waktu
Pada setiap R-uang doa bertaburan tanpa henti
Kenyamanan ada dan berlipat ganda. Kita terus ada pada keyamanan diri sendiri, hingga lupa R-uang kebahagian
Apa kita harus merasa nyaman atas segalah waktu?
Lalu lupa atas segalah sesuatu yang fanah?
Atau terus merasa nyaman atas diri sendiri?
Apa kenyamana harus ada dan berlipat ganda?
Lalu kita lupa segalah yang fanah?!
R-uang kenyamana waktu
Apakah kita harus menghakimi R-uang? Lalu kita bisa lepas dari R-uang?
Dan tertawa atas kebahagian atas waktu yang terpenjara
Ah, sial. Waktu saja tidak mengerti tentang kita,
Baiklah kita akan mengerti waktu.
R-uang kenyamana waktu
Kemanusian dan diri sendiri adalah R-uang yang lengakap
Keduanya adalah tubuh yang luka atas keyamanan
Tapi kita masi saja pura-pura lupa
Lalu masuk dalam R-uang yang luka
Dengan cara diam-diam
Lalu pura-pura tersenyum
Namun setalah itu diri sendiri diam-diam dan meneteskan air mata.
Senin yang sesak
Abubakar Difinubun
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H