Catatan perjalanan (11)
KUNCI KEBAHAGIAAN
Bismillah.
Siapa yang tidak ingin bahagia? Â
Bahkan mungkin hal itulah yang paling dicari oleh manusia. Â Kita belajar keras untuk meraih pendidikan tertinggi, bekerja keras siang malam demi meningkatkan taraf ekonomi keluarga, mengurus berbagai masalah di tempat kerja, keluarga, dan masyarakat, sebenarnya untuk apa? Â Kalau kemudian dengan melakukan semua itu, kita tidak mendapatkan kebahagiaan, lantas buat apa kita lakukan semua itu? Â Buat apa kita melakukan berbagai hal tersebut kalau itu tidak membuat kita bahagia? Â Kalau semua hal itu membuat kita stress, atau bahkan terkena sakit karena kecapekan dan merasa terbebani berlebihan?
Apakah dengan mendapatkan rumah yang bagus, jabatan tinggi, kedudukan yang baik di masyarakat, atau bisa berjalan-jalan ke berbagai negara, itu dengan dengan sendirinya kita mendapatkan kebahagiaan? Â Apakah kebahagiaan terletak pada hal-hal tersebut? Â Betapa banyak kita mendapatkan berita orang kaya yang tersandung kasus korupsi dan akhirnya masuk bui, pejabat yang menyelewengkan uang negara sehingga bernasib sama, atau pengusaha kelas kakap yang harus jadi buron karena korupsi atau ngemplang hutang raksasa. Â Apakah mereka bahagia? Â Kalau kebahagiaan itu terletak pada hal-hal material seperti disebutkan di awal tulisan ini, lantas apa yang sebenarnya terjadi dengan orang-orang yang terkena kasus tersebut? Â Apakah mungkin mereka merasa bahagia dengan berada dalam kondisi seperti itu?
Sebaliknya, kita juga mungkin pernah bertemu dengan orang-orang yang hidupnya sederhana, bukan orang penting di masyarakat, berprofesi yang kita anggap tidak bergengsi, tapi mereka terlihat bahagia dengan hidup mereka, tertawa dan tersenyum tulus, hidup seperti tanpa beban, jauh dari kemarahan maupun keluh kesah. Â Apa yang menyebabkan mereka tampak bahagia padahal kondisinya secara kasat mata bukanlah orang yang terpandang?
Jadi di mana sebenarnya kebahagiaan itu? Â Atau, apa kunci kebahagiaan itu?
Mari kita cari jawabnya dalam kitab suci, Al Quran (bukan pada rumput yang bergoyang....).
Allah Swt berfirman, yang artinya: : "Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan berzikir (mengingat) Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram" (QS Ar-Ra'du: 28). Â Hati yang tenang inilah kunci kebahagiaan. Â Dan yang dapat membawa kita kepada ketenangan hati adalah ingat kepada Allah, dzikrullah.Â
Allah memerintahkan kita untuk selalu ingat di mana pun dan kapan pun. Â Di rumah, di sekolah atau kampus, di tempat kerja, saat sibuk, saat luang, saat berkumpul bersama handai tolan atau teman-teman, di rapat-rapat. Â Saat senang saat senang, saat sehat saat sakit, saat gembira saat sedih. Â Dzikir yang sederhana seperti tasbih, tahmid dan tahlil, atau membaca ayat-ayat Quran, baik yang sudah kita hafal seperti surat-surat pendek ataupun ayat-ayat lain yang sedang berusaha kita hafal.