Mengingat kematian barangkali tidak terlalu menyenangkan. Karena kita terlalu banyak dijamu oleh kenikmatan duniawi.
Tapi kematian adalah keniscayaan. “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. …. (QS Ali Imran: 185).
Baru saja seorang sahabat (teman alumni seangkatan) meninggal dengan cukup mendadak (semoga arwahnya mendapat tempat yang mulia di sisi Allah). Satu persatu orang-orang yang dekat dengan kita dipanggil menghadap-Nya. Hanya masalah waktu saja bahwa kita pun akan dipanggil-Nya.
Apa yang telah kita siapkan untuk menghadap-Nya?
Ini barangkali yang perlu senantiasa kita tanyakan pada diri kita masing-masing, dari waktu ke waktu.
Nasib kita kelak di hari akhirat sangat ditentukan oleh apa yang kita lakukan di dunia. Hidup di dunia sangatlah singkat dibandingkan dengan hidup di akhirat yang kekal. Bagaikan kedipan mata, atau suatu saat yang singkat, dibandingkan dengan kehidupan akhirat yang tak ada akhir. Namun hidup di dunia inilah yang menentukan kualitas hidup kita di akhirat. Hidup di dunia adalah ujian yang menentukan tempat kita kelak di sana, apakah di tempat yang mulia atau sebaliknya.
Kalau dikaji, hidup kita di dunia terdiri atas 24 jam sehari. Semua orang sama diberi waktu satu hari dengan durasi tersebut. Tak kurang, tak lebih. Dipakai apa waktu selama 24 jam tersebut?
Kita membutuhkan sekitar 7-8 jam untuk tidur (beristirahat). Sekitar 2 jam kita gunakan untuk keperluan pemeliharaan badan (mandi dll). Sekitar 8-10 jam kita gunakan untuk bekerja mencari nafkah.
Jadi hanya tersisa waktu tinggal 4 jam, maksimal 6 jam saja. Apa yang kita lakukan selama 4 jam ini? Nonton TV, main internet, kongkow dengan teman, barangkali….
Berapa banyak dari kita yang memanfaatkan waktu luang (waktu yang tersisa) ini untuk diisi berbagai aktivitas ibadah sebagai bekal untuk menghadapi kehidupan akhirat? Shalat wajib maupun sunnat, tadarrus Al Quran, berinfaq-berzakat, bersilaturahmi, mengunjungi keluarga/teman yang sakit, menambah ilmu agama, mendidik keluarga dalam hal agama, berdakwah, dan lain-lain (?)
Sebenarnya setiap aktivitas dapat dijadikan ibadah, apabila kita meniatkannya demikian. Bekerja, tidur, makan, minum, bahkan mandi dan membersihkan diri pun dapat dijadikan ibadah selama kita meniatkannya untuk menunjang kedekatan kita kepada-Nya dan beramal saleh untuk sesama manusia.